Mawakeun, Tradisi Jelang Ramadhan yang Kian Menghilang di Bandung Barat

30 Maret 2022, 19:54 WIB
Tradisi Mawakuen di Bandung Barat menjelang Ramadhan kian menghilang dan sudah jarang ditemukan di kalangan masyarakat /Kodar Solihat/DeskJabar

SUMENEP NEWS – Banyak tradisi yang dilakukan masyarakat di Indonesia untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Tradisi-tradisi yang dilaksanakan itu ikut mewarnai suasana khas jelang tibanya bulan Ramadhan.

Salah satu tradisi dalam menyambut kehadiran Ramadhan itu adalah tradisi mawakeun, yang juga dilakukan warga di sekitar Bandung Raya, terutama di pedesaan.

Menurut Ahmad Jaelani (54), tokoh masyarakat Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, mawakeun merupakan tradisi turun-temurun menyambut datangnya bulan puasa.

Baca Juga: Viral! Lirik Lagu Ku Tau Engkau Putri Raja atau Gubuk Jadi Istana IPANK PRO

Salah satu hikmah dari tradisi mawakeun adalah mempererat tali silaturahmi keluarga.

Tradisi mawakeun, asal kata dalam bahasa Sunda, mawa, yang berarti bawa.

Mawakeun bermakna membawakan, tradisi yang biasanya dilakukan pada dua atau sehari menjelang tibanya Ramadhan.

Anggota keluarga, misalnya anak, datang mengunjungi orang tuanya, sambil membawakan masakan.

Bila orang tua telah tiada, adik yang membawakan masakan kepada kakak tertua, juga bisa kepada uwa, atau pihak yang dituakan oleh keluarga.

Masakan disusun dalam tentengan setumpukan rantang.

Baca Juga: Terkuak Ini Isi Link Video Pramuka Durasi 30 Menit yang Viral dan Banyak Diburu Pengguna TikTok & Telegram

Berisi masakan khas, nasi putih, daging semur atau gepuk, pindang telur, goreng tahu dan tempe, sambal goreng kentang, serta tumis atau sayur cabe hijau.

“Saat kecil, pertengahan tahun 1970-an hingga 1980-an, selalu berebut dengan kakak saya untuk mengantarkan masakan itu. Sebab, setelah mengantarkan, selalu diberi uang jajan oleh penerima masakan,” ujar Ahmad Jaelani, dalam satu obrolan di rumahnya, Selasa, 29 Maret 2022.

Menurutnya, tradisi mawakeun juga merupakan ungkapan tanda bakti anak kepada orang tua.

Memohon doa restu orang tua dan meminta maaf, sebagai bekal kekhidmatan pelaksanaan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.

Dia mengingat pengalamannya kala menjadi bagian dalam tradisi mawakeun itu.

Baca Juga: Lirik Lagu Ramadhan Tiba Dipopulerkan Oleh Opick

Di pedesaan saat itu, menenteng rantang hantaran masakan hingga berkilometer jauhnya, melewati jalan terjal atau melalui tegalan sawah, menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Dalam pelaksanaannya, terkadang dia menghantarkan masakan itu selama dua hari berturut-turut, karena ada banyak keluarga yang dikirim.

Lalu, bagaimana kondisi tradisi mawakeun itu di masa kini?

“Sayang, hari ini sudah jarang masyarakat yang melaksanakan mawakeun, untuk dibilang tak ada sama sekali. Seingat saya, sampai awal 1990-an masih ada yang melakukan mawakeun, selanjutnya seperti kian menghilang,” tutur Ahmad Jaelani.

Padahal, dalam tradisi mawakeun menjelang tibanya bulan suci Ramadhan itu terkandung hikmah ungkapan tanda bakti anak kepada orang tua atau pihak yang dituakan seraya memohon doa restunya, serta mempererat tali silaturahmi keluarga. ***

Editor: Khoirul Umam

Sumber: Wawancara

Tags

Terkini

Terpopuler