"I-ya, iya." Aku segera berkemas.
Kuraih uang sekenanya di saku celanaku.
"Aisha cantik. Ini buat jajan Aisha. Jangan nakal, ya," ucapku. Kucubit pipi tembemnya. Siska mengusap rambut Aisha yang jarang. Benda berkilau di jari manis Siska seketika menarik perhatianku. Itu adalah cincin yang pernah kuberikan untuknya, batinku. Siska masih mengenakannya. Ada huruf 'D dan S' di cincin itu. Iya, itu cincin lambang komitmen cinta kami berdua.
"Eh, Kang. Neng malah ngerepotin."
"Nggak lah, Neng. Oh, ya. Boleh minta nomor teleponnya?"
Siska segera merapalkannya. Kami berpisah di halte itu. Entah kapan lagi kami akan dipertemukan. Kebetulan-kebetulan indah biasanya jarang terulang.
Baca Juga: CONTOH Cerpen Bahasa Bali Lengkap, Cocok Memenuhi Tugas Sekolah
***
Telah kuputuskan untuk menabung. Aku tidak ingin kejadian seperti itu menimpaku lagi. Meski karakter setiap orang tua berbeda-beda, aku tak ingin mengecewakan mereka. Akan kubuktikan bahwa aku mampu membahagiakan anak mereka. Sebab itulah, kini aku bekerja di kota.
Setelah sampai di indekos, aku kembali menghubungi Siska untuk berbasa-basi.