Hilang, dan Akhirnya Hilang Juga Kenangan Itu - Cerpen Firman Fadilah 

- 4 Desember 2022, 08:27 WIB
Kumpulan cerpen berjudul Hilang, dan Akhirnya Hilang Juga Kenangan Itu karya Firman Fadilah akan memberikan inspirasi dan kesejukan pembaca/ilustrasi
Kumpulan cerpen berjudul Hilang, dan Akhirnya Hilang Juga Kenangan Itu karya Firman Fadilah akan memberikan inspirasi dan kesejukan pembaca/ilustrasi /Pixabay

Ayah Siska membukakan pintu untuk kulewati seolah mengisyaratkan jika pintu itu tidak akan pernah terbuka lagi untukku. Aku berlalu dengan perasaan malu dan marah kepada diriku sendiri. Kenapa kamu jadi lelaki lemah seperti ini? Malang kian nasibmu. 

Hari sebelumnya, aku sempat membeli dua cincin titanium. Satu kuselipkan di jari manisnya, satu lagi di jari manisku. 

"Ini tanda komitmen kita, Neng. Tolong jaga, ya?" Ia mengangguk.

Aku tahu, ia menyangsikan itu sebab kucuri kabar burung dari orang-orang dan teman dekatnya jika Siska telah dijodohkan. Itu tandanya, sudah tidak ada lagi harapan di antara kami. Kabar dari Siska menjadi barang mahal. Kami jarang berbalas pesan. Barangkali nomorku telah berada dalam daftar hitam di ponselnya. 

Aku masih mengingat betul wajah ayunya. Dulu, sering kutulis sajak-sajak untuknya, tentang rambutnya yang seperti akar pohonan yang mencengkeram hatiku, juga tentang rona bibirnya yang seperti senja yang mampu meracuniku agar tidak melupakannya. Ah, kenangan. Kini, kuyakin Siska telah hidup bahagia bersama lelaki pilihan Ayahnya. Meskipun begitu, Siskalah mantan terindahku sebab dia adalah cinta pertamaku. 

Orang-orang yang menunggu di halte ini makin banyak berjejal. Tak jauh di seberang jalan, ada pasar tradisional. Kadang, ibu-ibu singgah sejenak untuk membenahi barang belanjaanya yang menggunung di halte ini sambil menunggu angkot.

Suasana masih pagi betul, tetapi di jalan ini, udara selalu dihangatkan oleh deru dan asap knalpot, serta ocehan orang-orang. Jalanan tidak pernah sepi. Aku memutuskan untuk beralih duduk sesaat setelah ibu-ibu dengan anaknya ikut nimbrung di halte ini. Aku kurang suka keramaian. Pada saat itu, aku tak sengaja menatap sesosok perempuan dengan anak kecil di gendongannya. Lamat-lamat kuperhatikan wajah itu. Tak butuh waktu lama untuk menyadari bahwa perempuan itu ternyata Siska. 

Baca Juga: Contoh Cerpen Bahasa Madura Singkat dan Pendek Versi PDF, Baca Yuk!

Seperti dua kabel yang lama putus, kemudian tersambung lagi. Siska segera menyadari keberadaanku. Kami bersitatap dan termangu pada awalnya. Sejurus kemudian, kami saling menyapa.

"Siska!"

Halaman:

Editor: Sauqi Romdani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Puisi Akrostik Nama Cinta

5 Mei 2024, 20:30 WIB

Puisi Akrostik Nama Mimpi

5 Mei 2024, 20:00 WIB

Puisi Akrostik Nama Sahabat

5 Mei 2024, 19:30 WIB

Terpopuler

Kabar Daerah

x