Hikmah Ibadah Haji, KH Ubaidillah AB: Media Introspeksi Diri dan Memelihara Semangat Berjamaah

4 Agustus 2022, 19:24 WIB
Hikmah Ibadah Haji, KH Ubaidillah AB: Media Introspeksi Diri dan Memelihara Semangat Berjamaah /Kemenag RI/

SUMENEP NEWS – Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima.

Seluruh umat Muslim dari berbagai penjuru dunia melakukan ibadah haji di Tanah Suci pada bulan Dzulhijjah.

Ibadah haji yang diwajibkan pada tahun keenam kenabian ini merupakan ibadah yang membutuhkan ekstra energi yang menyeluruh.

Persiapan matang dilakukan mulai dari sebelum berangkat, saat berangkat dan tiba di Tanah Suci, serta melaksanakan syarat dan rukun ibadah haji.

Terdapat banyak hikmah yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji ini, diantaranya adalah media untuk introspeksi diri serta membangun semangat berjamaah.

Menurut KH MD Ubaidillah AB, sesepuh Pondok Pesantren Roudlotul Ulum Cisasawi, Kabupaten Bandung Barat, ibadah haji merupakan media untuk introspeksi atau muhasabah.

Baca Juga: Info Haji 2022: Pemenang Lomba Video Kreatif Pelayanan Haji 2022, Memupuk Semangat Kebersamaan

Dalam ajaran Islam, introspeksi diri itu mempunyai tempat nilai keutamaan tersendiri.

Saat di fase puncak haji, yakni wukuf di Padang Arafah, merupakan wahana introspeksi diri terkait dengan eksistensi manusia sebagai mahluk yang lemah.

“Introspeksi atau mawas diri itu dapat diartikan sebagai peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya yang melekat pada manusia. Tak ada yang kita miliki, tak merasa mempunyai duniawi, karena itu semata milik Allah SWT,” ujarnya saat ditemui di Ponpes Roudlotul Ulum, Rabu, 3 Agustus 2022.

Pada tahun ini, KH Ubaidillah berkesempatan menunaikan ibadah haji pada gelombang kedua dan tiba di tanah air Senin malam, 1 Agustus 2022.

Sebelumnya, pada tahun 2012 dia juga berkesempatan melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci.

Baca Juga: Doa Tahlil dan Ziarah Kubur Teks Arab

Menurutnya, dalam Kitab Ihya Ulumudin, Imam Al Ghazali menyatakan, “Hendaklah kalian lakukan muhasabah atas diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah perbuatan kalian sebelum ia kelak ditimbang.”

Muhasabah dan tobat, keduanya tak terpisahkan, karena tobat merupakan peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan atau sikap diri sendiri yang sudah dilakukan dengan rasa penyesalan.

Sejak awal berniat akan melaksanakan ibadah haji, tidak boleh berkata yang tidak baik, berbuat yang tidak baik (rafats), tidak diperkenankan menjadi orang yang fasik dan tidak diperkenankan berbantah-bantahan lagi.

“Bila semua itu dilakukan dengan penuh ikhlas, semata-mata mengharap ridha Allah, maka jaminan ampunan dan balasan syurga yang dijanjikan Allah SWT bagi mereka yang meraih haji mabrur,” tutur KH Ubaidillah.

Lebih lanjut dia menjelaskan, sebagai puncak ibadah haji, wukuf di Arafah sarat makna dan hikmah.

Pada ibadah wukuf itu terkandung pesan nilai-nilai moral yang luhur.

Hikmah wukuf yang bermakna berhenti sejenak itu tak lain adalah perintah untuk merenung atau introspeksi tentang apa yang telah dilakukan.

Baca Juga: Perbedaan Haji dan Umrah Adalah, Kunci Jawaban Pendidikan Agama Islam PAI Kelas 9 Hal 102 - 103 SMP

“Ketika wukuf di Arafah, saat mengevaluasi diri, sejauh mana kehidupan kita selama di dunia ini, evaluasi terhadap kelemahan dan kesalahan manusia,” ucapnya.

Menurut Ibnu Abbas RA, dinamakan Arafah karena di tempat itulah manusia mengakui dosa dan kesalahan-kesalahannya.

Nabi Adam AS dan Siti Hawa setelah keduanya dikeluarkan dari surga ke bumi, kemudian di Arafah keduanya insyaf menyadari kesalahan dan dosanya kepada Allah, lalu memohon ampun dan bertobat kepada-Nya.

Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (QS Al-A'raf: 23).

Selain sebagai wahana introspeksi diri, dalam ibadah haji juga terkandung hikmah memelihara semangat berjamaah.

Pakaian haji yang dikenal dengan sebutan ihram melambangkan hakekat persatuan dan persamaan dalam persaudaraan Islam.

Rasa persatuan, kesetaraan, dan semangat berjamaah hendaknya terus dipelihara oleh segenap umat Muslim di muka bumi ini.

“Pada ibadah haji, itulah salah satu momentum untuk terus menguatkan persaudaraan dan semangat berjamaah umat, baik saat melakukan sholat atau pun aktivitas sosial lainnya,” ungkap KH Ubaidillah.

Hal tersebut seperti yang disampaikan Rasulullah SAW, “Sesungguhnya orang mukmin bagi mukmin yang lain seperti bangunan yang satu sama yang lain saling menguatkan. Dan beliau mengeratkan jari jemarinya.” (HR Bukhari).

Lebih jauh KH Ubaidillah mengatakan, terdapat semangat berjamaah dalam ritual ibadah haji, yang sejatinya bisa diwujudkan dalam kehidupan keseharian umat Islam.

Pemahaman yang utuh tentang makna dan hikmah ibadah haji lalu kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan nilai-nilai dari pelaksanaan ibadah haji.

“Dari perenungan dan introspeksi diri selama wukuf, kemudian selalu berihtiar memelihara semangat berjamaah, itulah hikmah dari ibadah haji, perubahan ke arah yang lebih baik dengan senantiasa berharap ridho-Nya,” ujar KH Ubaidillah AB mengakhiri perbincangan. ***

 

Editor: Khoirul Umam

Tags

Terkini

Terpopuler