Kenapa Ketupat Selalu Hadir Saat Lebaran? Ini Asal-Usul dan Filosofinya

- 30 April 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi ketupat - Berikut ini merupakan 8 inspirasi hidangan khas lebaran yang bisa dinikmati saat berkumpul bersama keluarga.
Ilustrasi ketupat - Berikut ini merupakan 8 inspirasi hidangan khas lebaran yang bisa dinikmati saat berkumpul bersama keluarga. / Pixabay

 

SUMENEP NEWS – Ketupat selalu hadir saat lebaran, termasuk pada Lebaran 2022 Idul Fitri 1443 H ini.

Masyarakat di tanah air lumrah merayakan kemenangan pada lebaran Hari Raya Idul Fitri dengan ditemani sajian hidangan ketupat.

Ketupat menjadi sajian khas pada umumnya di kala perayaan lebaran Hari Raya Idul Fitri.

Sedari dulu, hidangan ketupat menjadi tradisi turun temurun masyarakat di tanah air dalam lebaran Hari Raya Idul Fitri.

Baca Juga: 6 Bacaan Niat Zakat Fitrah Lengkap dengan Artinya, Mudah dan Pelajari di Sini

Setiap lebaran Idul Fitri ini, kehadiran ketupat sering ditemani sajian opor ayam, semur daging, sambal goreng ati, dan lainnya.

Disantap bersama keluarga usai Shalat Id, menjadikan ketupat sebagai hidangan tak tergantikan bagi keluarga Indonesia saat lebaran Idul Fitri.

Perayaan lebaran Hari Raya Idul Fitri seolah kurang lengkap tanpa kehadiran ketupat.

Namun, tahukah bagaimana asal-usulnya ketupat itu menjadi sajian ikonik saat lebaran di Indonesia?

Baca Juga: VIRAL! Link Download Video Nurul Hidayah MediaFire & Zip Kembali Beredar di TikTok, Temukan di Sini?

Seperti dikutip dari deskjabar.pikiran-rakyat.com, berikut asal-usul dan filosofi ketupat yang selalu hadir di saat lebaran Hari Raya Idul Fitri ini.

Ketupat sudah ada sejak zaman Hindu-Budha, bahkan jauh sebelum ketupat menjadi bagian tradisi lebaran di Indonesia.

Di kalangan umat muslim, ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga abad ke-15.

Rupanya, Sunan Kalijaga memaklumi benar dengan budaya masyakat di Pulau Jawa pada masa itu yang masih beragama Hindu-Buda.

Asimilasi budaya pun dilakukannya melalui ketupat.

Akhirnya, kesakralan budaya ketupat dalam Hindu-Budha bergeser menjadi tradisi Islami.

Baca Juga: HEBOH Link Yelia Yelliya di Facebook dan TikTok, Awas Ketagihan!

Dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa, Sunan Kalijaga membudayakan istilah yang dikenal dengan Bakda (Ba’da) yang artinya "setelah".

Ada dua buah Bakda yang dibudayakannya, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Bakda Lebaran adalah saat Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam diharamkan untuk berpuasa.

Sedangkan Bakda Kupat yaitu hari raya bagi orang yang melaksanakan puasa Syawal selama enam hari.

Biasanya, Bakda Kupat dilaksanakan satu minggu setelah lebaran.

Adapun ketupat atau kupat, konon merupakan singkatan dari bahasa Jawa "ngaku lepat" yang artinya mengakui kesalahan.

Baca Juga: Link Video Jadul Nurul Hidayah No Sensor Kembali Mencuat di Medsos, Isinya Bikin Heboh

Namun, ada juga yang mengatakan bahwa kupat merupakan singkatan dari "laku papat" atau empat tindakan.

Tradisi sungkeman yang sering dilakukan, menjadi implementasi dari ngaku lepat bagi masyarakat Jawa, bersimpuh di hadapan orang tua sambil meminta maaf atas berbagai kesalahan terdahulu.

Sedangkan laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan lebaran.

Empat tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

Ketupat memliki beberapa filosofi. Pertama, mencerminkan beragam kesalahan manusia. Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat.

Kedua mencerminkan kesucian hati. Biasanya untuk makan ketupat, kita harus membuka anyamannya terlebih dulu.

Baca Juga: Link Download Video Lawas Nurul Hidayah MediaFire Viral di TikTok, Apa Isinya?

Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih, hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

Ketiga mencerminkan kesempurnaan. Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

Keempat, karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “Kupat Santen“, kulo lepat nyuwun ngapunten alias "mohon maaf, saya salah". ***

Editor: Khoirul Umam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x