Cerpen M. Arif Al Husein

- 12 September 2022, 11:20 WIB
Tafsir Mimpi Melihat Bulan Purnama Menurut Primbon Jawa: TANDA BERKABUNG, Simak Penjelasannya!
Tafsir Mimpi Melihat Bulan Purnama Menurut Primbon Jawa: TANDA BERKABUNG, Simak Penjelasannya! /Pixabay

“Lantas, ikan apa yang akan digulai asam pedas?”

“Ikan tenggiri, setadi malam bersusah jerih payah diantarkan Tauke Abah Long dari Selat Panjang,”

“Aduh,” Cik Puan Nora terperanjat dari lamunannya, lalu tercenung di muka jendela lantas menuruni anak tangga. “Rasakan rebas jantung hatiku,” katanya dalam hati. Tatkala itulah darahnya tersirap melihat Syaipul datang seorang diri ke rumahnya.

Assalamu'alaikum , ada Mak Cik Midah di rumah?” Syaipul langsung mengena tanya, setelah melihat Cik Puan Nora duduk di muka pintu arah ke tangga turun-naik, keluar-masuk rumah, “Ehm... ada Mak Cik Midah?” aku mengulang pertanyaannya.

“Alaikumsalam”, Cik Puan Nora cuma tersenyum tipis-tipis. Rambut Terurai lepas sisir di jidatnya terumbai-rumbai angin tepian sungai jantan. Semerbak bunga tanjung dan ramin yang bersandar di sanggul kondenya, bertelanjang-rayap pula bersama gemerisik angin saat itu. “Ehm… Mak sedang ke rumah Penghulu Kampung. Maaf Bang Ipul”. Ia pun segera kembali menaiki anak tangga.

“Engkau mengusir aku, Nor?” gertak Syaipul sambil menyambar tangan dara penenun kain songket, sampai kepuasan hati hati sukma. Sebab Cik Puan Tidak ada keinginan untuk naik ke rumah. “Ada masalah penting yang akan Abang sampaikan hari ini kepada Mak Cik Midah, Maupun” kata Syaipul.

“Risik angin pagi hari di tepian sungai jantan, sudah tidak terasa dingin lagi,” bisik Syaipul, setelah duduk di anak tangga tepat di bawah alat tenun Cik Puan Nora. Tenun berjendela lambai angin, separas pinggang terbuka ke arah sungai jantan ketika pas bersamaan kemarau.

“Sudah berbau limbah tengik, sungai lubuk ikan kasau kita, Nor. Udang galah juga telah lama tidak dapat membiakkan telurnya. Mereka kehabisan habitat.”

“Apa hal yang dimaksud, Bang Ipul?” 

“Sampai patah tulang empat kera sekalipun, tidak akan terkumpul nilai mahar sebagai mas kawin untuk engkau, Nor. Sedang duit itu harus terkumpul juga, guna mendapatkan kembang terdidik dan beradat. Juga, aku melinguknya di negeri kita ini semuanya telah berbeda.”

Halaman:

Editor: Saiful Bahri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Puisi Akrostik Nama Cinta

5 Mei 2024, 20:30 WIB

Puisi Akrostik Nama Mimpi

5 Mei 2024, 20:00 WIB

Terpopuler

Kabar Daerah