Gunung Krakatau meletus- Inilah Sejarah Meletusnya Krakatau yang Paling Dahsyat

9 Juni 2022, 20:11 WIB
Krakatau, Sejarah Letusan 1883 yang Tsunaminya Hingga ke Selat Inggris /JG/MAHARNI/ESDM.GO.ID

SUMENEP NEWS – Gunung merupakan salah satu fenomena alam.

Banyak gunung di Indonesia salah satunya adalah gunung krakatau.

Gunung krakatau merupkaan gunung yang terletak di selat sunda.

tepatnya di Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, tepatnya di perairan Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatra.

Perlu anda ketahui bahwa gunung Krakatau telah meletus yang bisa dikatakan letusan yang sangat dahsat pada tanggal 27 Agustus 1883.

Kenapa demi kian,? karena tentang meletusnya gunung Krakatau pada tahun 1883 diyakini menggoncang dunia.

Baca Juga: BREAKING NEWS! Jasad Eril Putra Ridwan Kamil Ditemukan di Bendungan Engehalde, Masih Utuh?

Kawasan Krakatau di Selat Sunda ini meliputi empat pulau, yakni Rakata, Sertung, Panjang dan Anak Krakatau.

Khusus Anak Krakatau, mulai tumbuh pada 20 Januari 1930.

Sejarah letusan Krakatau yang merupakan kejadian terbesar terjadi pada 27 Agustus 1883.

Letusan Krakatau saat itu mengeluarkan rempah vulkanik bervolume 18 km3.

Menimbulkan gelombang pasang atau tsunami di sepanjang pantai barat Banten dan Lampung, dengan ketinggian ombak 30 m.

Letusan Krakatau dan dampak tsunaminya pada 27 Agustus 1883 itu menyapu 297 kota kecil dan menewaskan 36.417 jiwa.

Di Sumatera bagian selatan, diperkirakan 2.000 orang tewas terkena abu panas.

Dilansir dari esdm.go.id, pada letusan besar Krakatau tahun 416 SM, menyebabkan tsunami dan terjadinya kaldera.

Lalu, beberapa letusan berikutnya terjadi mulai abad ke-3 hingga abad ke-17, yang diikuti dengan pertumbuhan kerucut Rakata, Danan dan Perbuatan.

Kegiatan vulkanik tersebut berhenti pada tahun 1681.

Baca Juga: Lirik Sholawat Ilahilas Tulil Firdaus Karya Abu Nawas, yang di Baca Ketika Selesai Sholat Jumat

Setelah kurang lebih 200 tahun tak ada aktivitas vulkanik, Krakatau kembali memperlihatkan kegiatannya yang diawali dari beberapa letusan Gunung Danan dan Gunung Perbuatan.

Pada 20 Mei 1883 letusan Gunung Perbuatan berkomposisi basaltis mengawali letusan paroksismal pada 27 Agustus 1883 yang berkomposisi dasit (SiO2 = 64-68%).

Letusan paroksismal terjadi pada hari Minggu 27 Agustus 1883 pukul 04.00-06.41 dan 10.00 waktu setempat.

Suara letusan terdengar sejauh 4.500 km, tinggi asap 80 km, energi yang dikeluarkan 1 X 1025 erg.

Tsunami terjadi 30 menit setelah letusan kataklismik dengan tinggi gelombang 30 m di pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung.

Krakatau tenang kembali mulai Februari 1884 sampai Juni 1927, ketika pada 11 Juni 1927 erupsi yang berkomposisi magma basa muncul di pusat kompleks Krakatau, yang dinyatakan sebagai kelahiran Gunung Anak Krakatau.

Akibat letusan-letusannya itu, Gunung Anak Krakatau tumbuh semakin besar dan tinggi, membentuk kerucut yang sekarang mencapai tinggi sekira 300 m dari muka laut.

Di samping menambah tinggi kerucut tubuhnya, juga memperluas wilayah daratannya.

Catatan sejarah kegiatan vulkanik Gunung Anak Krakatau sejak lahirnya 11 Juni 1930 hingga 2000, telah mengadakan erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat eksplosif maupun efusif.

Dari sejumlah letusan tersebut, pada umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya.

Waktu istirahat berkisar antara 1-8 tahun dan umumnya terjadi 4 tahun sekali berupa letusan abu dan leleran lava.

Baca Juga: Darurat Wabah PMK, Kementan Impor 3 Juta Dosis Vaksin

Letusan Krakatau pada 27 Agustus 1883 menyebabkan hilangnya dua gunung api (Danan dan Perbuatan) dan sebagian Rakata.

Menyebabkan tsunami yang menyapu kota-kota kecil di sepanjang pantai Banten dan Lampung Selatan, termasuk Teluk Betung.

Di Teluk Betung, gelombang pasang air laut mencapai tinggi 20 m.

Sebuah kapal, "The Berouw" yang berada di Pelabuhan Teluk Betung saat itu, terlempar sejauh 3.300 m ke dalam hutan.

Furneaux, 1964, memperoleh keterangan bahwa dentuman Krakatau terdengar di Teluk Betung sesaat setelah pukul 10.00 dan gelombang pasang mencapai kota Teluk Betung pukul 11.03.

Akibatnya, kerusakan berat di kota Teluk Betung dan memakan korban sekitar 5.000 jiwa, diantaranya 3 orang kebangsaan Eropa dan 2.260 orang penduduk setempat.

Kota Merak yang terletak di semenanjung Banten, dilanda gelombang pasang setinggi 30 m dan 40 m.

Gelombang pasang ini juga menyapu Teluk Semangko, merusak banyak perkampungan menelan 2.500 jiwa, 327 hilang di Tanjungan dan Tanot Baringin dan 244 jiwa di Beteong.

Baca Juga: Niat dan Tata Cara I'tikaf Dalam Masjdi, Simak Secara Lengkap Di Artikel Ini

Gelombang pasang setinggi 13,6 m juga melanda mercusuar Bengkulen yang terbuat dari beton dan menewaskan 10 orang yang sedang bekerja.

Di daerah Banten, seluruh pantainya terlanda gelombang pasang, banyak perkampungan terlanda gelombang dan menewaskan penduduk termasuk seorang pastur di Prince Island.

Tsunami akibat letusan dahsyat Krakatau 27 Agustus 1883 itu juga dirasakan dan merusak beberapa daerah di Tangerang, Jakarta, serta gelombangnya juga bergerak ke arah barat menuju Samudera Hindia mencapai semenanjung Good Hope.

Lalu, ke arah utara menuju menuju Samudera Atlantik.

Gejala tsunami akibat letusan Krakatau juga ditemukan di Cape Town (13.032 km) dan hampir teramati di seluruh pantai di sekitar Samudera Hindia dan Samudera Atlantik.

Pengukur tinggi gelombang di Pelabuhan Cape Horn (14.076 km) dan Panama (20.646 km) menunjukkan adanya gelombang pasang dengan kecepatan rata-rata 720 km per jam.

Bahkan dilaporkan bahwa tsunami ini mencapai Selat Inggris yang berjarak 19.873 km dari Krakatau. ***

Editor: Khoirul Umam

Tags

Terkini

Terpopuler