Contoh Khutbah Jumat, Membahas Asyura dan Kemerdekaan, Menarik Disampaikan di Bulan Agustus ini

- 4 Agustus 2022, 23:20 WIB
Ilustrasi khutbah Jumat,  teks khutbah Jumat bulan Muharram, teks khutbah Jumat singkat, khutbah Jumat terbaru, teks khutbah Jumat NU.
Ilustrasi khutbah Jumat, teks khutbah Jumat bulan Muharram, teks khutbah Jumat singkat, khutbah Jumat terbaru, teks khutbah Jumat NU. /Pexels/@Md Amir Umar"

 Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan. 

Kaum Muslimin yang berbahagia, Pekan depan, kita akan menyambut dan menyongsong dua hari besar yang saling berdekatan. 17 Agustus yang akan datang kita akan memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77, hari paling bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia. Dua hari berikutnya, kita akan memperingati hari Asyura, salah satu hari yang paling bersejarah dalam perjalanan umat Islam.  

Baca Juga: Contoh Khutbah Jumat, Membahas Pancasila dan Kebinikaan dalam Al-Quran, Tema Menarik di Bulan Agustus

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Selama 77 tahun kita menghirup udara kemerdekaan, apakah kita telah benar-benar meraih kemerdekaan yang hakiki?. Tidak dipungkiri, merdeka dari cengkeraman kaum penjajah merupakan kenikmatan agung yang Allah anugerahkan kepada bangsa Indonesia. Betapa tidak, dengan kenikmatan merdeka, kita bisa dengan leluasa melakukan banyak hal yang bermanfaat. Akan tetapi sudah cukupkah bagi kita kemerdekaan dari cengkeraman penjajah?. Bukankah masih banyak belenggu yang harus kita singkirkan agar kita dapat meraih kemerdekaan hakiki dan sejati? Saudara-saudaraku hafizhakumullah,

Kemerdekaan hakiki adalah ketika kita sudah mampu memerdekakan diri kita dari jerat hawa nafsu. Kemerdekaan sejati adalah ketika kita telah mampu memerdekakan diri kita dari perangkap jahat setan yang tiada henti membuai kita dengan rayuannya. Kemerdekaan yang sebenarnya adalah tatkala kita telah mampu memerdekakan hati kita dari penyakit-penyakit hati yang membinasakan.  

Kemerdekaan yang sesungguhnya bagi seorang pejabat adalah saat ia mampu memerdekakan dirinya dari mental korup. Pejabat yang korup dan memakan uang rakyat sejatinya ia terjajah dan belum merdeka. Terjajah oleh angan-angannya bahwa kekayaan dan status sosial yang tinggi akan melambungkan kebahagiaannya.  

Kemerdekaan yang hakiki bagi orang kaya adalah tatkala ia mampu memerdekakan hatinya dari penyakit sombong dan sikap merendahkan orang lain. Kemerdekaan bagi seorang pedagang adalah ketika ia mampu memerdekakan dirinya dari kecurangan. Seorang santri atau siswa dikatakan merdeka apabila ia mampu memerdekakan dirinya dari kemalasan dalam menuntut ilmu.

Baca Juga: Karomah KH Abdul Hamid Pasuruan, Hal Tak Terduga Terjadi Saat Diuji Kewaliannya Oleh Salah Satu Santrinya

Halaman:

Editor: Khoirul Umam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x