DEDU INTAN PECAH
Telah turun sebutir debu intan
Genggaman firman sang tuhan
Detik tak menentu waktu
Ke gelapan adalah puncak deru
Ke terangan merupakan hendak hujan
Terpandu oleh seorang pemburu
Kenapa aku lebih malang
Sedang damparan angin kencang
Nyatu pada tebing-tebing pagar
Di perempatan jalan
Hanya awan berbenturan
Diberi selimut tata ruang
Dalam mimpi bapak tiri
Berkobar menjadi diksi
Syukur beribu-beribu malam
Kusampaikan dalam salam
Tak henti-heti memohon doa
Ke atas puncak purnama
Mendekat dipelukan cinta
Mencari roh-roh sang kuasa.
Gili genting, 2022
JALAN KIAI
Setapak demi setapak
Kurakit dauhmu dengan ikhlas
Selengkap daun cemara dipetik angin
Saat kau dauhkan
Firman, sabda dan aforisme
Kuhafal seperti orang kelaparan
Manjur mengibarkan tarekat nabi
Lalu jalan apakah yang kau beri kiai?
Hasratku ketagihan seakan merangsang
Hanya karena pintamu yang menusuk
Seakan tak ada kata mundur di benak kalbu
Semua kasih cintamu aku rangkul
Dalam puisi beraroma melati
Bahkan bukan hanya jejakmu
Sampai doa pun aku amini
Setelah kubangun di sepertiga malam
Bukan Cuma itu kiai
Barokahmu juga aku jelajaki
Terpatri di tubuh subuh
Tentang taatku yang diorehkan kepadamu.
Sumenep, 2022
RUBAIYAT SYABAN
Barang kali muara sudah asad
Ketika tubuhku ingin menyelami
Kisah-kasih pedalaman abad
Biru langit ke gincuan permaisuri
Turun dan turunlah hujan
Agar asto yang kemaren panen
Berbiak sebagai harapan
Kelak jadi aku panutan
Tak masalah aku berdarah
Sebab ia memenggilku orang fasih
Tentang perih yang telah fakih
Risalah puisi lantaran sejarah
Berjalan terus berjalan
Ke arah titik pertemuan
Bukan sekedar karakter sastrawan
Tetapi yang kucari adalah tuhan
Malam itu jua semakin ngersit
Entah itu apakah isyarat sang rahmat
Hingga tangan tak memberi henti
Untuk mengeja aliflammim rahim puisi.
Gili genting, 2022
HUJAN KRISIS
Di kotaku hujan datang
Bersamaan dengan kegejolaan
Jatuh di tandon-tandon kepala
Sebagai bentuk hipnotis akal
Melalui jalan himpunan kampaye
Itulah alam suksesi
Memikirkan tubuh tersendiri
Tampan ke adaan rakyat krisismi
Maka siarkan risalahku ini
Agar puisiku adadi dengan ke jujuran.
Lubtara, 2022
KE HILIR AKU MENGALIR
Ke hilir akau mengalir
Menyusuri roh-roh penyair
Ternyata yang terbang hanya syair
Tiupan angin dari atas air
Layar-layar cepat
Ngambang di atas ayunan tammat
Membaca kitab-kitab percintaan
Dituangkan ke dalam Rahim tuhan
Muaralah tempat pertapaanku
Yang sepi dari penciptaan keruhku
Agar tubuhku menyatu kepada jiwamu
Sesampainya hari terakhir
Godaan selalu hadir ke adaan perkir
Namun tak membuatku jatuh zikir
Untuk bermunajad kepada sang maha pemikir.
Lubtara, 2022
DEKAPLAH AKU SATU WAKTU
Dekaplah aku satu waktu
Agar rasa tercipta rindu
Agar rasa tercipta rindu
Maka bertedulah seluas kalbuku
Maka bertedulah seluas kalbuku
Supaya tubuhmu melihat bulan madu
Supaya tubuhmu melihat bulan madu
Sujublah dalam dekap paling merdu
Semua tercipta bukan waktu atau rindu
Tetapi hadirmu yang meruah dalam mimpiku.
Annuqayah lubtara, 2022
A Farhan lahir di Sumenep, 17 mei 2003 Santri PPA, lubangsa utara. aktif di organisasi sanggar sabda, sanggar GSK (gubuk sastra kita), pustakawan PPA. lubangsa utara, juga merupakan koord pers dan kesenian madrasah aliyah tahfidh Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura.