Puisi-puisi A Farhan

20 April 2022, 10:31 WIB
Ilustrasi debu benda angkasa. /geralt/Pixabay/geralt

 

DEDU INTAN PECAH

 

Telah turun sebutir debu intan

Genggaman firman sang tuhan

Detik tak menentu waktu

Ke gelapan adalah puncak deru

Ke terangan merupakan hendak hujan

Terpandu oleh seorang pemburu

 

Kenapa aku lebih malang

Sedang damparan angin kencang

Nyatu pada tebing-tebing pagar

 

Di perempatan jalan

Hanya awan berbenturan

Diberi selimut tata ruang

Dalam mimpi bapak tiri

Berkobar menjadi diksi

 

Syukur beribu-beribu malam

Kusampaikan dalam salam

Tak henti-heti memohon doa

Ke atas puncak purnama

Mendekat dipelukan cinta

Mencari roh-roh sang kuasa.

 

Gili genting, 2022

 

JALAN KIAI

 

Setapak demi setapak

Kurakit dauhmu dengan ikhlas

Selengkap daun cemara dipetik angin

 

Saat kau dauhkan

Firman, sabda dan aforisme

Kuhafal seperti orang kelaparan

Manjur mengibarkan tarekat nabi

 

Lalu jalan apakah yang kau beri kiai?

Hasratku ketagihan seakan merangsang

Hanya karena pintamu yang menusuk

Seakan tak ada kata mundur di benak kalbu

 

Semua kasih cintamu aku rangkul

Dalam puisi beraroma melati

Bahkan bukan hanya jejakmu

Sampai doa pun aku amini

Setelah kubangun di sepertiga malam

 

Bukan Cuma itu kiai

Barokahmu juga aku jelajaki

Terpatri di tubuh subuh

Tentang taatku yang diorehkan kepadamu.

 

Sumenep, 2022

 

RUBAIYAT SYABAN

 

Barang kali muara sudah asad

Ketika tubuhku ingin menyelami

Kisah-kasih pedalaman abad

Biru langit ke gincuan permaisuri

 

Turun dan turunlah hujan

Agar asto yang kemaren panen

Berbiak sebagai harapan

Kelak jadi aku panutan

 

Tak masalah aku berdarah

Sebab ia memenggilku orang fasih

Tentang perih yang telah fakih

Risalah puisi lantaran sejarah

 

Berjalan terus berjalan

Ke arah titik pertemuan

Bukan sekedar karakter sastrawan

Tetapi yang kucari adalah tuhan

 

Malam itu jua semakin ngersit

Entah itu apakah isyarat sang rahmat

Hingga tangan tak memberi henti

Untuk mengeja aliflammim rahim puisi.

 

Gili genting, 2022

 

HUJAN KRISIS

 

Di kotaku hujan datang

Bersamaan dengan kegejolaan

Jatuh di tandon-tandon kepala

Sebagai bentuk hipnotis akal

Melalui jalan himpunan kampaye

 

Itulah alam suksesi

Memikirkan tubuh tersendiri

Tampan ke adaan rakyat krisismi

 

Maka siarkan risalahku ini

Agar puisiku adadi dengan ke jujuran.

 

Lubtara, 2022

 

KE HILIR AKU MENGALIR

 

Ke hilir akau mengalir

Menyusuri roh-roh penyair

Ternyata yang terbang hanya syair

Tiupan angin dari atas air

 

Layar-layar cepat

Ngambang di atas ayunan tammat

Membaca kitab-kitab percintaan

Dituangkan ke dalam Rahim tuhan

 

Muaralah tempat pertapaanku

Yang sepi dari penciptaan keruhku

Agar tubuhku menyatu kepada jiwamu

 

Sesampainya hari terakhir

Godaan selalu hadir ke adaan perkir

Namun tak membuatku jatuh zikir

Untuk bermunajad kepada sang maha pemikir.

 

Lubtara, 2022

 

DEKAPLAH AKU SATU WAKTU

 

Dekaplah aku satu waktu

Agar rasa tercipta rindu

 

Agar rasa tercipta rindu

Maka bertedulah seluas kalbuku

 

Maka bertedulah seluas kalbuku

Supaya tubuhmu melihat bulan madu

 

Supaya tubuhmu melihat bulan madu

Sujublah dalam dekap paling merdu

 

Semua tercipta bukan waktu atau rindu

Tetapi hadirmu yang meruah dalam mimpiku.

 

Annuqayah lubtara, 2022

 

A Farhan lahir di Sumenep, 17 mei 2003 Santri PPA, lubangsa utara. aktif di organisasi sanggar sabda, sanggar GSK (gubuk sastra kita), pustakawan PPA. lubangsa utara, juga merupakan koord pers dan kesenian madrasah aliyah tahfidh Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura.

 

 

 

 

 

Editor: Saiful Bahri

Tags

Terkini

Terpopuler