Baca Juga: VIRAL Pengendara Motor di Bandung Diduga Dikeroyok Geng Motor
Dalam perjalanan kegiatannya, ada pengalaman yang menyentuh hatinya.
Suatu hari Iden mendengar percakapan antara orang tua dan anaknya.
Intinya, sang orang tua berkata pada anaknya itu, “Nak, jangan dulu sekolah, malu belum bayaran.”
Setelah mendengar percakapan tersebut, Iden lalu meminta kepada para guru agar tak menagih infak uang bayaran.
“Kartu infak tetap ada, namun tak menjadi harus ditagih. Jika pun ada uang bayaran, dipakai untuk operasional pendidikan. Hal terpenting adalah anak-anak harus tetap bisa bersekolah,” katanya.
Saat ini Madrasah Alam Burangrang mempunyai santri Raudhatul Atfal sebanyak 25 orang, Diniyah Taklimiyah Awaliyah (SD) 40 orang, Diniyah Taklimiyah Wustho (SMP) 15 orang, Diniyah Taklimiyah Ula (SMA) 3 orang, yang dibina oleh sekitar 15 guru.
Mereka para santri berasal dari kampung lingkungan sekolah, tetangga kampung, dari desa tetangga, serta dari luar kota.
“Khususon untuk santri Raudhatul Atfal, metode pengajarannya lebih ke arah bermain, belajar dengan gembira, adapun bisa membaca dan menulis itu adalah bonus,” tutur Iden Andi Gustara.