2. Sah yang wajib: hanya niat yang wajib yang sah, sedangkan niat sunnah tidak. Contoh: niat haji wajib digabung dengan niat haji sunnah bagi orang yang baru pertama kali haji.
3. Sah yang sunnah: hanya niat sunnah yang sah, sedangkan niat yang wajib tidak. Contoh: memberi uang kepada fakir miskin dengan niat zakat wajib dan sedekah, namun niat zakatnya tidak sah.
4. Tidak sah keduanya: baik niat wajib maupun sunnah tidak sah. Contoh: niat shalat fardhu digabung dengan shalat sunnah rawatib.
Nah, terkait penggabungan niat puasa Syaban dan Qadha Ramadhan, para ulama dari Mazhab Syafii berbeda pendapat.
Beberapa ulama menempatkannya pada kategori pertama, artinya kedua niat sah.
Baca Juga: Hasil Hitungan Pilpres 2024 Madura Menurut Kawal Pemilu: Mahfud MD Kalah di Pulau Kelahiran
Namun, ada juga yang tidak setuju, bahkan ada yang menempatkannya di kategori lain seperti kedua atau ketiga, bahkan keempat.
Perbedaan pendapat ini tentunya berasal dari dalil-dalil yang dipegang oleh masing-masing ulama.
Bacaan Niat Puasa Qadha Ramadhan
Bacaan niat puasa qadha Ramadhan dalam bahasa arab, latin, serta terjemahannya adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an qadhaa'i fardhi syahri ramadhaana lillaahi ta'aalaa."
Artinya: “Aku berniat mengqadha puasa Bulan Ramadan esok hari karena Allah ta'ala.”