Review De Oost : Film Sejarah Indonesia Pasca Kemerdekaan yang Mengambil Sudut Pandang dari Sisi Penjajah

- 16 Agustus 2023, 13:00 WIB
Film De Oost atau The East mengisahkan kekejaman tentara Westerling
Film De Oost atau The East mengisahkan kekejaman tentara Westerling /tangkapan layar/

SUMENEP NEWS – review De Oost : Film sejarah Indonesia yang mengambil sudut pandang dari sisi penjajah.

Film dengan latar Kemerdekaan Indonesia umumnya didominasi dari sudut pandang bangsa sendiri yaitu Indonesia.

Namun, film ini tampak berbeda dibandingkan dengan film Kemerdekaan Indonesia lainnya. Film De Oost mengambil sudut pandang dari sisi penjajah, yaitu Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama 3,5 abad.

Baca Juga: 20 Caption Tema Kemerdekaan ini Cocok Untuk Postingan di Twitter, Facebook, Tiktok, dan Instagram

Adapun review De Oost : Film sejarah Indonesia yang mengambil sudut pandang dari sisi penjajah.

Kata “De Oost” (Bahasa Inggris : The East) berasal dari Bahasa Belanda yang bermakna “Sang Timur”. Film yang disutradarai oleh Jim Taihuttu ini tayang di Festival Film Belanda pada tanggal 25 September 2020 dan tayang di Indonesia pada tanggal 7 Agustus 2021 tepatnya di Mola TV.

Film De Oost yang merupakan film sejarah Indonesia pasca kemerdekaan dengan menggunakan sudut pandang dari sisi penjajah ini dibintangi oleh beberapa aktor Belanda seperti Martijn Lakemeier, Marwan Kenzari, Jim Deddes, Joenoes Polnaija, dan lain-lain.

Baca Juga: 11 Lagu Kemerdekaan Terbaik: Rekomendasi Playlist Spesial 17 Agustus 2023

Beberapa aktor Indonesia pun turut beradu akting memainkan peran sebagai warga lokal di Film De Oost seperti Lukman Sardi, Denize Aznam, Yayu Unru, Ence Bagus, dan Putri Ayudya.

Film Sejarah Indonesia De Oost mengambil latar pada masa peralihan kekuasaan antara Jepang, Belanda, dan Indonesia yang mana sering terjadi pemberontakan ataupun perselisihan.

Film ini mengisahkan kekejaman seorang tokoh Belanda bernama Raymond Westerling yang acap kali melakukan pembantaian kepada pribumi di Sulawesi Selatan pasca Kemerdekaan Indonesia. Pembantaian ini dikenal dengan “Pembantaian Westerling”.

Baca Juga: 4 LINK DOWNLOAD Doa Upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2023 PDF Latin di Sekolah dan Lapangan

Kisah De Oost diawali oleh seorang pemuda Belanda, Johan De Vries, yang ditugaskan untuk menjaga wilayah Semarang dari pemberontakan yang acap kali dilakukan oleh kaum pribumi. Johan de Vries bersama pasukan Belanda lainnya ditugaskan untuk melakukan patroli.

Saat patroli, tentara Belanda berusaha mencari keberadaan pemberontak dengan bertanya kepada beberapa warga setempat.

Namun, tidak ada satupun pribumi yang berani untuk mengungkapkan keberadaan para pemberontak. Salah satu warga berusaha membocorkan keberadaan para pemberontak tetapi nahas warga tersebut ditemukan tewas pada keesokan harinya.

Pada pertengahan film De Oost, Johan berusaha menghentikan tentara Jepang yang sedang memukuli salah satu warga.

Baca Juga: Contoh Susunan Acara Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2023 di Kampung Mudah, Unik, Asyik

Tak lama kemudian, Raymond Westerling datang untuk membantu menghentikan tindakan yang dilakukan tentara Jepang.

Dari sinilah pertemuan antara Johan de Vries dengan Raymond Westerling yang membuat frekuensi pertemuan diantaranya semakin meningkat.

Sosok Raymond Westerling membuat Johan menjadi penasaran sehingga Johan berusaha mendekati Raymond Westerling.

Kedekatannya bersama Raymond membuat Johan ditugaskan untuk menjadi pasukan khusus di bawah pimpinan Raymond Westerling. Johan ditugaskan untuk menangani pemberontakan yang ada di Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Contoh Teks MC Tasyakuran Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2023 Terbaru dan Lengkap

Namun, menjelang akhir film De Oost, muncul konflik batin yang terjadi pada sosok Johan de Vries. Johan menyaksikan langsung pengeksekusian warga Sulawesi Selatan oleh Raymond Westerling tanpa adanya barang bukti dan peradilan yang jelas.

Pada akhir cerita, film De Oost menampilkan adegan yang tidak terduga, membuat film ini layak disebut dengan film paling “Plot Twist”.

Secara keseluruhan, film ini menyajikan adegan-adegan yang tampak nyata. Hal ini ditunjukan dari adegan penembakan, kepala dari warga yang sudah tewas kemudian ditancapkan pada pagar depan rumahnya, hingga adegan penyetruman pemberontak.

Faktor penunjang lainnya yaitu akting pemain yang bagus. Pemain memerankan adegan demi adegan dengan natural, tanpa dibuat-buat secara berlebihan.

 

Disamping itu, plot maju mundur yang digunakan pada film ini membuat penonton cukup kebingungan. Perbedaan tampilan tokoh utama selama perang dengan masa setelah perang membuat tokoh utama terlihat seperti tokoh lain. Namun, lambat laun penonton akan mengerti maksud dari alur yang telah tersaji pada film De Oost ini.

Film De Oost menjadi salah satu film sejarah Indonesia pasca kemerdekaan yang layak untuk ditonton. Banyak sisi dari pihak Belanda yang belum masyarakat ketahui sehingga dengan menonton film ini, masyarakat memperoleh wawasan baru mengenai Kemerdekaan Indonesia. ***

Editor: Sauqi Romdani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah