Network
SUMENEP NEWS - Pagi tadi pukul 08.00 WIB tepatnya hari Sabtu tanggal 15 Januari 2021, Pondok Pesantren Miftahul Huda, Pangabasen, Gapura Timur, Gapura Sumenep, mengadakan agenda temu wali santri dan pembagian buku rapor.
Acara ini dikemas sangat sederhana, yakni bertempat di dalam masjid Baitut Taqwa yang merupakan peninggalan religiositas dari masyaikh (pendiri) pondok pesantren Miftahul Huda yaitu Kiai Husamuddin.
Pada kesempatan itu, turut hadir pengasuh pondok pesantren Miftahul Huda, KH. Mukhtar, Hs dan Ketua Yayasan Miftahul Huda A. Warits, S. Sos (yang saat ini juga menjabat sebagai ketua KPU Sumenep), serta didampingi oleh kepala MTs Al-Huda Abu Waqid, SH, serta seluruh struktu dan seluruh wali kelas Madrasah Tsanawiyah Al-Huda.
Baca Juga: Kumpulan Kode Redeem FF 16 Januari 2022 Server Indonesia Resmi dari Garena dan 1000 Diamond Gratis
Acara ini memang diadakan setiap setahun sekali tepat ketika selesai melaksanakan kegiatan USG (Ujian Semester Ganjil) dan memang biasa mengundang seluruh wali santri tanpa harus terkecuali.
Di awal acara, kesiswaan Faidi Rizal membuka acara dengan tawasul kepada Kanjeng Nabi dan terlebih pula kepada sesepuh Miftahul Huda, yang dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Yayasan dan Pengasuh Pondok Pesantren.
Dalam sambutannya, KH. M. Mukhtar, HS mengatakan bahwa beliau memohon kepada seluruh hadirin dan hadirat untuk tetap memotivasi putra putrinya di dalam keseharian mereka-mereka. Karena guru hanya bisa mendidik putri-putri sampean dalam waktu yang amat terbatas.
Baca Juga: Kode Redeem ML 16 Januari 2022 yang Belum Digunakan dan Spesial Hero Hingga Diamond Gratis
Turut serta hadir pula di dalam majelis, KH. Malik dan KH. M. Munir, yang beliau juga guru sesepuh di MI Al-Huda, karena kebetulan putrinya bersekolah di MTs, maka dengan takzimnya mereka berdua berpartisipasi dalam rangka ingin silaturahmi dengan cara menghadiri acara kegiatan temu wali dan pembagian rapor.
Di setiap lembaga pesantren mana pun, temu wali merupakan agenda khusus guna mempererat tali persaudaraan antara guru dan wali murid. Ini yang seyogianya harus dijaga keberadaannya tanpa sedikit pun mengurangi rasa patuh kita terhadap peninggalan dari Kiai-kiai dan guru-guru kita terdahulu.
