Ada Apa Dengan Kampus Taneyan Lanjheng?

2 Desember 2022, 18:44 WIB
Ada Apa Dengan Kampus Taneyan Lanjheng /Tangkap Layar YouTube STKIP PGRI Sumenep

 
SUMENEP NEWS - Kampus adalah salah satu tingkatan dalam pendidikan, dimana didalamnya berkumpul para intelektual, ada mahasiswa dan juga dosen.

Mahasiwa adalah orang-orang yang dididik untuk menjadi kaum intelektual dan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa.

Di tangan merekalah arah perjuangan dan perubahan dilakukan.

Baca Juga: Ketua FKUB Sumenep Angkat Bicara Usia Video Viral Pencopotan Label Gereja di Tenda Korban Gempa Cianjur

Merekalah yang diharapkan mampu memimpin bangsa ini ke arah yang lebih baik.

Peran penting mahasiswa sebagai, dinanti-nanti oleh masyarakat.

Dosen sangat berperan untuk mengajarkan keilmuan yang dikuasainya dan diharapkan mampu mendidik para mahasiswa sesuai apa yang diinginkan oleh masyarakat dan bangsa ini.

Tugas Mahasiswa pada umumnya tidak hanya di tuntut untuk  mempelajari Ilmu pengetahuan hanya sekedar ilmu saja (akademis) atau sebut saja mahasiswa yang datang ke kampus ikuti mata kuliah kerjakan tugas setelah itu pulang.

Baca Juga: Berkedok Minta Amal, Pria Asal Pragaan Sumenep Curi HP di Pulau Sapudi

Jika kita melihat ada mahasiswa yang demikian maka sebenarnya mahasiswa tersebut tidak paham akan tupoksi mahasiswa yang sering kita dengar sebagai agen of change, ogen of sosial control, dan agen of knowledge dan menurut mereka  untuk bisa lulus tepat waktu dan supaya bisa  (mendapatkan karir/pekerjaan).

Hanya mahasiswa yang mempunyai pemikiran kritis yang mempelajari ilmu pengetahuan dalam rangka kemaslahatan dan kebangkitan negaranya, namun realitanya mahasiswa sekarang sulit untuk menggunakan akal pikiran untuk peka terhadap faktor lingkungan baik lingkungan masyarakat ataupun lingkungan kampus.

Nah, pada beberapa tahun belakangan ini, kampus kita yang berfilosofi kampus Taneyan Lanjheng sedang tidak baik baik saja. Kenapa demikian?

Baca Juga: PROFIL dan Biodata Siham Istri Irwan Sumenep, Bukan Kaleng Kaleng!

Karena masa jabatan kepemimpinan ketua yang sudah selesai menjabat satu periode ini, dinilai oleh mahasiswa tidak mewujudkan apa yang menjadi cita cita kampus dan harapan Mahasiswa.

Seperti yang dilansir dari MEDIARETORIKA bahwa Banyak mahasiswa melakukan sosialisasi, bahwa Kampus Taneyan Lanjhang ini akan segera naik status menjadi universitas.

Bukan tanpa alasan, narasi serupa memang sempat digembar-gemborkan oleh semua pengelola.

Bukan hanya itu, mahasiswa juga merasa trauma pada pernyataan kegagalan beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Karena sampai saat ini semakin banyak mahasiswa baru yang mempertanyakan hal perkembangan beasiswa tersebut Pada kakak tingkatnya bahkan ada menyampaikan keluhannya pada BEM.

Baca Juga: FAKTA MENARIK Gili Labak Sumenep, Destina Pantai Indah Akhir Tahun 2022

Dari keluhan di atas dapat kita simpulkan bahwa kampus Keta tercinta secara haqiqatnya saja yang baik, menurut paradigma mahasiswa yang kurang peduli terhadap kampus yang kuliahnya hanya masuk kelas setelah kuliah pulang. Tidak tahu tugas sebenarnya mahasiswa itu apa.

Tapi menurut mahasiswa yang peduli akan lingkungan kampus Paradigma mereka menyoroti Kampus sedang tidak baik baik saja karena hal yang seharusnya mahasiswa dapat sesuai harapan mereka, itu tidak karena pasalya beasiswa KIP  itu yang dapat  hanya segelintir orang saja bahkan tidak nyampek separuh mahasiswa yang mendaftar KIP itu dapat program beasiswa hanya 15  %  selain itu kampus juga berwacana untuk beralih status menjadi universitas semenjak tahun 2017 yang sampai detik ini masih belum beralih status menjadi universitas.

Kampus yang bersemboyan "maju berkembang dengan kualitas" yang tidak hanya maju dengan banyaknya mahasiswa, dan kuantitas ataupun prestasi mahasiswa yang semakin banyak.

Namun kualitas juga di butuhkan oleh mahasiswa seperti peralihan status menjadi universitas.

Siapapun orangnya yang memimpin kampus nantinya mampu memenuhi kebutuhan pengelola dosen juga mahasiswa. 

Seharusnya tugas seorang pimpinan dan perangkatya bukan untuk memperkaya diri ataupun sebelah pihak yang di sejahterakan belaka.

Baca Juga: Cuaca Hari Ini Sumenep Rabu 23 November 2022, Cerah Berawan Hingga Hujan Ringan

Namun, mahasiswa juga butuh kesejahteraan mereka dan kebutuhan mereka dan juga butuh keadilan untuk tetap di tegakkan di kampus ini.

Hegel sendiri menganggap bahwa, kondisi masyarakat yang rasional akan semakin menyadari kebebasannya dan mengorganisasikan diri dengan menjunjung tinggi kebebasannya.

Manusia yang rasional akan menolak segala kesewenangan dan mengakui hak-hak asasi manusia yaitu kebebasan.

Sehingga, sikap feodal seperti senioritas, tidak kompatibel lagi dengan kondisi masyarakat demokratis yang ilmiah.

Mereka yang tidak dewasa dalam menanggapi kebebasan adalah para partisipan agenda pembodohan dan akan menjadi agen perusak demokrasi. 

Baca Juga: Motor Listrik Segera Mengaspal di Sumenep, Achmad Fauzi: Hemat Energi dan Ramah Lingkungan

Kebebasan akademik, berbicara serta berekspresi harus menjadi oksigen dalam lingkungan intelektual yang mampu menyuarakan kebenaran dan menentang hal dapat mencederai salah satu elemen kampus.

Hanya dengan itu, kesetaraan dapat ditegakkan serta dialektika dalam demokrasi bisa tetap berjalan.

 
Penulis bernama Ach Zainuddin hanya manusia biasa yang belajar merangkai kata kata.

Editor: Sauqi Romdani

Tags

Terkini

Terpopuler