Belum Saatnya Pulang - Cerpen Ar Rofik Hidayat

- 28 Maret 2023, 07:30 WIB
Kumpulan cerpen Ar Rofik Hidayat berjudul Belum Saatnya Pulang/ilustrasi
Kumpulan cerpen Ar Rofik Hidayat berjudul Belum Saatnya Pulang/ilustrasi /Ilustrasi dari Pixabay/

Di akhir bincang dengan Ayah, ku sempatkan menyeletuk tentang liburan dan pulang ke rumah. Masih jawaban yang sama dan template “nanti aja le” kiranya itu yang ingin disampaikan. Aku sebenarnya sudah bosan dengan jawaban itu, lalu dengan sedikit ragu aku bantah. “Apa susahnya sih Pak?, aku udah lama belum pulang. Dan keinginan untuk pulang juga kadang mengganggu loh toh kalau aku pulang juga bisa bantu-bantu pekerjaan di rumah.”. Memang rindu kadang menjadi kerikil di jalan yang membuatku berpikiran seandainya dan seandainya. Rindu pulangku itu kalau secara hiperbola digambarkan sudah di ujung tanduk, ibarat buang air sudah di ujung anus. Dari anak-anak rumahan yang berpikir seandainya aku di perantauan tidak ada yang bakal mengatur-atur lagi, memang itu aku rasakan dulu awal-awal. Setelah satu windu dan julukan “wong ilang” Aku dapatkan dari obrolan warung kopi, pikirku “seandainya aku di perantauan tidak ada yang bakal mengatur-atur lagi” sudah berbalik. Senyumku mungkin mereka tatkala terdengar cerewetan ibu yang perhatian.

“Le ibarat perahu kamu itu sudah di tengah jalan, kalau pun pulang sudah jauh dan nanggung, bukan soal bapak ini melarang atau tidak boleh. Tapi jadikan pertemuan setetah rindu itu bak dapur besar acara pengantin di desa yang sungguh menyengatkan mata yang sanggup membuat air mata dapat menetes dengan sendirinya.”, ujar bapak yang membuatku terisak menangis. 

“Bapakmu ini juga tidak menuntut kamu jadi apa-apa, bapak cuma ingin kamu itu buka wadah pikiranmu lebar-lebar dan seraplah ilmu dan pengalaman. Masalah biaya di sana biar bapak aja yang mencari, dan walaupun kamu udah sedikit bisa cari simpanlah”, tutur Ayah selanjutnya.

Semenjak saat itu, Aku berbaik sangka dengan kakunya pikiran Ayah, walaupun belum begitu paham dengan yang diucapkan olehnya, tetapi memang romantis pada hubungan orang tua dan anak jarang ditemui oleh mata. Entah seorang anak yang terkekang dan berontak kepada orang tuanya atau keluh kesahnya orang tua mendidik anaknya. Dan aku harap itu semua tak terjadi padaku kelak saatnya pulang.

Jarak memang semakin tidak ada, batas semakin menghilang, rasa semakin lama bisa di manipulasi. Tentang rindu itu sungguh nikmat yang harus selalu hinggap ditiap diri manusia. Suara noise dan senyum di layar handphone bisa saja memanipulasi rindu.  Bahwa kedepan dunia dan saat ini juga sudah tidak mengenal apa itu batas. Tapi keotentikan rindu tidak akan bisa terhapus. Sederhananya rindu adalah hidangan sayur masakan ibu.


Biodata Penulis:

Nama : Ar Rofik Hidayat

Alamat : Ds. Sungai Randak Satu, Kec. Terentang, Kuburaya, Kal-Bar

Medsos : IG:@iamarrofikhidayat_

Nomer Rek : 661101012637537 (BRI | Akhmad Subekti)

Halaman:

Editor: Sauqi Romdani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Puisi Akrostik Nama Cinta

5 Mei 2024, 20:30 WIB

Puisi Akrostik Nama Mimpi

5 Mei 2024, 20:00 WIB

Terpopuler

Kabar Daerah