Layangan, dan gedung bertingkat mendekati Matahari.
Kicauan dari air yang mengalir, dan embun pagi yang menyatu.
Petir yang menyambar, suaranya bergetar, dan cahayanya berkilau.
Aku berdiri diatas kertas bercorak, dan Surat Kabar yang kaku dan pilu.
Hati yang nestapa, terjebak nostalgia, dan menggangu cara kerja.
Sukma yang dipaksa, untuk daya yang terisi harus angkat kaki!
Keramaian polusi, melewati jam pasti, dan omelan caci maki!
Ikatan leher yang dikekang, dituntut diam karena ketakutan.
Nadi yang berdenyut merdu, menikmati senja yang kehitaman.
Memenuhi panggilan Tuhan, doa yang khusyuk untuk kerohanian.
Terkadang kelelahan, memenuhi tuntutan karena kelalaian.
Teguran alam! Untuk mengingat insan yang ditinggalkan.
Kota, dan antologi cerita yang ada di dalamnya.
Memberikan rasa luka, dan cinta dalam sekejap Mata.
Dirundung keserakahan anarki? Atau ketegasan duniawi?
Kita yang memilih, dikelabui? Atau disegani!
Jambi, 06 Februari 2023
Baca Juga: Puisi Tentang Banjir yang Penuh Makna dan Kesan, Serta Bisa Dijadikan Tugas Sekolah
Terjaga Sukacita Pada Ekspektasi Fana
Fajar Timur tersenyum karena pesona Ibuku.
Suara merdunya, berlari mengintai angin.
Para balita, dan lansia meminta perhatian.
Bermain Petak Umpat, di Lemari Pakaian.
Menyusuri Jenggala, untuk mencari Pelangi.
Sendal yang tersusun rapi, dan lompat Tali.
Bersembunyi, di antara Tumbuhan Ilalang.
Air Sungai yang ramah, membuatku betah.
Menuruni bukit, sambil memikul rasa syukur.
Bernyanyi riang, sambil melewati rintangan.
Saling mengenggam erat, melawan ketakutan.
Sang riang, kembali pulang bersama kenangan.