Pengantin Baru
Oleh : Ramli Lahaping
Khayalan Irsan tentang indahnya hidup di dalam tali pernikahan, membuyar dengan cepat. Baru lewat malam ketujuh pernikahannya, ia telah menyaksikan gelagat mengecewakan pada diri Tita, istrinya. Sang istri tampak tidak nyaman untuk tidur sekamar dan seranjang dengannya. Bahkan pagi ini, setelah terjaga, ia menemukan sang istri masih tertidur di sofa, di ruang keluarga.
Atas kenyataan itu, Irsan jadi risau. Ia menilai sikap Tita sudah di luar batas kepantasan. Padahal, ia merasa telah berlaku pengertian. Ia bahkan tak menyinggung atau mempermasalahkan kebiasaan buruk sang istri kala tidur di sampingnya, entah mengenakan perangkat jemala untuk mendengarkan musik, mengigau dengan sergahan dan entakan, hingga bangun kesiangan.
Terang saja, Irsan jadi cemas. Ia khawatir kalau Tita sudah tidak menyenanginya di usia pernikahan mereka yang baru beberapa hari. Bagaimanapun, sang istri selayaknya berada di sampingnya sepanjang malam. Atau jika memang ada masalah rahasia, sang istri semestinya menjaga sikap agar ia tidak merasa tersinggung dan hubungan mereka tetap harmonis.
Akhirnya, Irsan berpikir keras mencari penyebabnya. Ia sempat menaksir kalau barangkali aroma tubuhnya tidak sedap di penciuman sang istri. Tetapi ia lekas menangkis dugaan itu, sebab ia selalu mandi setiap sore, menggosok gigi selepas makan malam, serta mengenakan wewangian sebelum tidur. Ia menduga, ada problem lain di luar jangkauan pemikirannya.