Keledai dan Gadis yang Menolongnya
Hatiku terperajat
Air mataku kering bagai musim kemarau
Aku berhenti melangkah
Keringat berkucuran membasahi dahiku
Dan aku menyeka dengan lembut
Dalam kesendirian
Aku melihat sekitar
Nampak seekor keledai yang terperangkap
Dengan tali yang yang tersangkut dikakinya
Keledai itu meringkik meminta bantuan
Aku mendekat dengan langkah kaki perlahan
Keledai itu hanya memandangiku dengan tatapan melas
Menunduk dan memohon untuk aku membukakan tali itu
Aku mulai membuka simpul tali yang amat sukar dibuka
Perlahan tali itu terlepas
Dan si keledai dengan sigap meringkik ke arahku
Seolah membisikan ucapan terimakasih
Saat itu aku paham
Saat aku sakit hati
Saat aku terpuruk dan merana
Aku masih bisa menjadi manfaat untuk mahluk lain
Tawaku ku kembalikan
Aku kembali melanjutkan perjalanan
Segala sesak dan sakit hati
Kutinggal bersama tali yang sempat menjerat si keledai
Di Perantauan
Dua tahun sudah aku tak pulang
Dua kali lebaran aku tak sungkeman
Ibu selalu bertanya kapan aku
Aku hanya bisa menahan rintik sendu
Bekalku belum cukup untuk pulang
Aku hanya menabung rindu
Dan membukanya saat libur tiba
Kucurahkan semua kerinduanku lewat lesan suara
Ibuku tersedak menahan rindu pada anak semata wayangnya
Aku sedang berjuang bu
Mengumpulkan pundi-pundi rupiah
Mengumpulkan kembali harapan bapak yang telah sirna
Aku ingin pulang saat aku sukses
Membawa beberapa upeti yang kudapat dari kota
Membuat senyum lebar untuk ibuku tercinta
Kehancuran
Hatiku sempat hancur
Menjadi beberapa keping
Duniaku pernah terasa amat hampa
Bahkan alarm di samping dipanku tak mau kembali menyala
Tak kala waktu itu
Saat badai menerpa kehidupanku
Saat nestapa bersamaku
Dan duka mengelilingiku
Air mata tak berhenti jatuh
Kelopak mataku nampak sembab
Aku hanya merenung
Menunduk duduk di sebelah dipan
Kulihat matahari begitu cerah
Sinarnya menembus lubang ventilasi kamarku
Kulangkahkan kaki untuk keluar
Menemui sang mentari
Ku seka setiap air mata yang jatuh
Ku kembalikan semangat yang sempat surut
Aku akan kembali
Menata hidup dan mengejar mimpiku setelah kehancuran menemuiku
Hatiku terperajat
Air mataku kering bagai musim kemarau
Aku berhenti melangkah
Keringat berkucuran membasahi dahiku
Dan aku menyeka dengan lembut
Dalam kesendirian
Aku melihat sekitar
Nampak seekor keledai yang terperangkap
Dengan tali yang yang tersangkut dikakinya
Keledai itu meringkik meminta bantuan
Aku mendekat dengan langkah kaki perlahan
Keledai itu hanya memandangiku dengan tatapan melas
Menunduk dan memohon untuk aku membukakan tali itu
Aku mulai membuka simpul tali yang amat sukar dibuka
Perlahan tali itu terlepas
Dan si keledai dengan sigap meringkik ke arahku
Seolah membisikan ucapan terimakasih
Saat itu aku paham
Saat aku sakit hati
Saat aku terpuruk dan merana
Aku masih bisa menjadi manfaat untuk mahluk lain
Tawaku ku kembalikan
Aku kembali melanjutkan perjalanan
Segala sesak dan sakit hati
Kutinggal bersama tali yang sempat menjerat si keledai
Di Perantauan
Dua tahun sudah aku tak pulang
Dua kali lebaran aku tak sungkeman
Ibu selalu bertanya kapan aku
Aku hanya bisa menahan rintik sendu
Bekalku belum cukup untuk pulang
Aku hanya menabung rindu
Dan membukanya saat libur tiba
Kucurahkan semua kerinduanku lewat lesan suara
Ibuku tersedak menahan rindu pada anak semata wayangnya
Aku sedang berjuang bu
Mengumpulkan pundi-pundi rupiah
Mengumpulkan kembali harapan bapak yang telah sirna
Aku ingin pulang saat aku sukses
Membawa beberapa upeti yang kudapat dari kota
Membuat senyum lebar untuk ibuku tercinta
Kehancuran
Hatiku sempat hancur
Menjadi beberapa keping
Duniaku pernah terasa amat hampa
Bahkan alarm di samping dipanku tak mau kembali menyala
Tak kala waktu itu
Saat badai menerpa kehidupanku
Saat nestapa bersamaku
Dan duka mengelilingiku
Air mata tak berhenti jatuh
Kelopak mataku nampak sembab
Aku hanya merenung
Menunduk duduk di sebelah dipan
Kulihat matahari begitu cerah
Sinarnya menembus lubang ventilasi kamarku
Kulangkahkan kaki untuk keluar
Menemui sang mentari
Ku seka setiap air mata yang jatuh
Ku kembalikan semangat yang sempat surut
Aku akan kembali
Menata hidup dan mengejar mimpiku setelah kehancuran menemuiku
Anisa Rachma Agustina, penyair, esais, cerpenis, sekaligus jurnalis portal bertita nasional Sumenep News yang kini berdomisili di Temanggung, Jawa Timur.