Stasiun Juanda
aku akan pulang, aku akan pulang
sementara malam terus merambat
hingga ke jantungku
kukenang segala yang bisa kukenang
kereta yang akan datang terlambat
membuatku belajar arti menunggu
kau pasti tengah menanak nasi,
menggoreng telur mata sapi
menantiku berbicara tentang aksi,
deklarasi, dan kabar Jakarta
yang tak pernah baik-baik saja
masalah-masalah lebih dari air bah
orang datang mengharap hidup
lalu mati dan tak mendapat tanah
dan memilih dihanyutkan di kali
yang tak lagi penuh sabun dan pasta
Waktu tiada, sisa yang tersisa
terhimpit bunyi klakson kendaraan
dan semua yang berebut Tuhan
Jakarta selalu lebih rumit dari perempuan
aku akan pulang, aku akan pulang
bersama sekawanan binatang pekerja
dan aku adalah binatangmu
dengan kerinduan dan kasih sayang
mengenalkanku kembali pada kemanusiaan
yang menuntut segala darah darah
dengan alasan maupun remah
saat itulah jarak dari sebuah sinar
kesadaran yang diterima oleh alam
cinta jatuh cinta pada seni
menciptakan yang amat sederhana dan pasti
orang hidup lalu mati, orang makan lalu mati
orang terbang lalu mati, semua orang mati
aku juga akan pulang, aku juga akan mati
Selamat Pagi, Tuan Presiden!
Kita telah tiba pada suatu masa
ketika penangkapan adalah hal yang biasa
Orang-orang tak akan terkejut