Nyanyian Pohon - Puisi S. Mandah Syakiroh

27 November 2022, 03:30 WIB
Kumpulan puisi S. Mandah Syakiroh berjudul nyanyian pohon, penggilan haji, dan kelas membaca puisi/ilustrasi /Pixabay

Kumpulan puisi S. Mandah Syakiroh

NYANYIAN POHON

jauh sebelum gigi-gigi tajam
membelahnya menjadi beberapa bagian
suara nyanyi burung kerap berloncatan
di antara reranting yang berayun
tubuh perkasa adalah petanda
bahwa usianya jauh lebih masak
dari manusia-manusia yang membekuknya
di muka tanah
lalu tanpa hitungan lama
wajahnya akan disulap menjadi
ornamen-ornamen cantik yang teronggok
di etalase toko barang antik
jauh sebelum desing gergaji
mencabiknya sampai menjadi serpih
suara nyanyi angin kerap merebak
dari pucuk-pucuk daunnya yang bergoyang
lalu pada detik-detik sebelum
riwayatnya berakhir, menggema bisik
dari sosok bertubuh tembok bata,
“nyanyianmu begitu mengusik. para
manusia ingin bisa tidur nyenyak.
enyahlah kau!”

2022

Baca Juga: SALDO DANA 100 RIBU GRATIS Tanpa Aplikasi, Yuk Orang Gabut Wajib Coba Ini!

PANGGILAN HAJI

seorang perempuan yang penuh awan
di rambutnya
mendapati telepon genggam tetangganya nyaring
berbunyi. nampak berkedip sebuah tulisan pada layar:
dzulhijjah memanggil...
sejauh usianya,
ia tak pernah menang atas cita-cita
dikuburnya seluruh bahasa
dalam pudar kedipnya
seorang perempuan yang lisut jantungnya
kala melulur kabar
bahwa kini empat puluh tahun lebih
tetangganya harus mengantre
dengan tangan yang terbalut gelembur
ragu-ragu ia menghitung sisa usia yang hendak
disimpan dalam lemari
sambil menerka-nerka: apakah cukup untuk
sampai esok hari?

2022

Baca Juga: Pada Secangkir Kopi Gayo - Puisi Puisi JAMALUDIN GmSas

KELAS MEMBACA PUISI

selembar puisi kau ambil dari setumpuk
buku pelajaran yang tak henti-henti berpusar
di langit rapalmu
sementara jam dinding bertugas membungkam
lengking-lengking yang menjemukan
pada tubuh puisi, kau lelapkan diri
di sela-sela lentik jemarimu
puisi mewujud diri: hijau matanya.
lalu gaiblah segala bengis di hadapanmu
yang tak kalah hijau warna kedipnya
kau sama sekali tak peduli:
matahari tengah menari-nari
di pucuk tiang bendera
sambil sesekali menantang
untuk adu digdaya
lalu dalam bisik angin
kau dan puisi menenggelamkan derita
yang mengapung di wajah semesta
lalu dalam bisik angin
kau dan puisi menjelma sosok paling belia
melebur pada setiap kata dan irama

2022

Baca Juga: Kirim Tulisan

Tentang Penulis :

S. Mandah Syakiroh lahir di Cirebon. Merupakan anggota dari Komunitas Ranggon Sastra. Saat ini sedang menetap di Buntet Pesantren dan kegiatan sehari-harinya adalah sebagai pendidik di MTs NU Putri 3 Buntet Pesantren Cirebon. Bisa dihubungi melalui IG @Pramandah dan E-mail mandhasyakiroh@gmaiil.com

Editor: Sauqi Romdani

Tags

Terkini

Puisi Akrostik Nama Cinta

Puisi Akrostik Nama Mimpi

Terpopuler