Kopi Kenangan dalam Hikayat Luka - Puisi Moh. Zainur Rozy

11 November 2022, 14:54 WIB
Kopi Kenangan dalam Hikayat Luka kumpulan puisi Moh. Zainur Rozy/ilustrasi./cocoparisienne/Pixabay /

Malam Ini

Malam begitu riang

Dengan suara sunyi menyendiri

Menampakkan gemintang yang mulai tertutup awan

Petanda bahwa akan turun hujan

Memadu rasa denganku yang gundah

Mengkoyak tubuh yang mulai resah

Membakar pepohonan seperti api kecemburuan.

 

Matamu ranum dan indah

Menari-nari didalam bunga mawar

Menyerbak aroma kasturi

Yang lama terpantri

 

Semoga kau melihat awan

Yang indah menggelora, gemuruh

Untuk menghujam dada dengan hujan.

Sebab, hati yang selama ini bungkam

 

Lihatlah disana kasih!

Itulah aku lelaki fana

Memompa darah yang hampir pecah

Memahat rasa, memadu cinta

Terbakar api kerinduan

Terkapar kesedihan.

 

Angin terasa dingin

Menerpa diri ini yang nahas

Mencipta perihal luka

Terjatuh, terinjak, terkikis waktu

Menjadi debu

Mifda, 2022

Baca Juga: Tanah Lansia Ambu Wangi - Puisi Dise Dalusari

 

Tahun Ke Tahun Yang Akan Dilewati

“Suatu saat nanti, yang termaktub akan terjadi

Dari alkisah menjadi peristiwa”

Pohon-pohon rimbun menjadi kebun

Dari ladang menjadi bangunan

Akan tetapi embun telah menyayat

Pada tubuh ini yang terlelap

Annuqayah, 2022

 

Surat Kecil Untuk Adikku

Adikku

Kenapa kau meracau pada angin

Berbisik kepada angan

Dan mendengarkan debur ombak berpadu lagu

Akannkah menenangkanmu?, adikku

Sungai mengalir dari hilir

Menjelajahi akar pepohonan

Tersaring menjadi pemandangan

Yang indah bersama senyuman

Menantimu disetiap kecupan

 

Supaya bintik-bintik rindu

Berpadu menjadi satu

Melesat indah di gelapnya malam

Merajut aksara menjadi doa

Ku menengadah, mengadu kepada tuhan

Bahwa aku sedang merindumu, adikku

Mifda, 2022

Baca Juga: Jejak Untaian Diksi Abadi - Puisi Muhammad Sofwan Kamil

 

Senja

Kelopak matamu

Melukis sanubari rindu

Pada kegelapan malam 

yang indah nan syahdu

menyusuri jalan setapak lekuk wajahmu

dihimpit pelipis mata dan pipi merona

yang selalu kau suguhkan untukku

 

samar-samar, ayu wajahmu mengintip di jendela

berupaya masuk untuk hidup bersama

namun, sejengkal demi sejengkal kau berubah

menghindar dan hilang untuk sekian kalinya

kaulah senja penghantar rindu

untuk menghapus ingatan yang telah layu

Mifda, 2022

Baca Juga: Hampa - Puisi Fitria Ningsi N

 

Kopi Kenangan

Sekian kalinya ku seduh kopi

Dengan sesegukan di wajah

Menahan perih untuk air mata yang akan tumpah

Bising sunyi menyeruak bisikan angan

Menyelusuri jalan setapak yang kau sebut simpang

Berteduh dari hujan membungkam

Melelehkan air mata yang telah tumpah

Dari raut wajahmu yang mulai resah

Annuqayah, 2022

 

Hikayat Luka

Hikayat luka 

Tak bosan-bosan kuceritakan

Melalui benak meleleh menjadi tinta

Dari rangkaian abjad menjadi kalimat

Penuh makna yang sangat hikmat

Ku berlabuh di kelopak matamu

Bersembunyi dikala rintik rindu

Menyapa diantara aku dan waktu lalu

Berbaiat dengan sunyi

Melalui ciuman di kening dan di pipi

Nikmat seperti kopi

Yang diaduk dengan derai air mata

 

Malam begitu sunyi

Dibungkam dinginnya malam

Menuang dingin keseluruh tubuh.

Sebab, pohon itu akan tumbuh

Tumbuh sampai tutup usia

Dikala senja yang akan menua

Annuqayah, 2022

Baca Juga: Ibu - Puisi Indra Subiantoro

 

Lelah

Sekarang pohon itu lelah

Layu dengan tatapan sayu

Derai air mata terus merayu

Supaya pohon itu tetap tumbuh.

Menuai seperti reranting dan buah

Yang siap dipetik. Namun,,

Pohon itu tetaplah pohon

Tak berubah walau berlutut memohon

 

Akulah pohon itu

Menerima sesuatu untuk yang lebih bermutu

Menopang genteng agar tidak jatuh

Menjadi penampung antara cinta dan rindu

Mifda, 2022

 

Hujan

Sekarang gemuruh memarahiku

Akan kesalahan yang membuat dia terluka

Menuangkan segala luka dengan derai air mata

Menyembunyikan kelopak mata

Demi sesuatu yang telah singgah

Air matamu mengalir, menghapus kepedihan

Memadamkan api yang membakar tubuh

 

Kini kau tersenyum

Namun, sehelai rambut pun tetap kau sembunyikan

Dari mataku yang tak pernah tertutup

Dan dirimu yang telah termaktub

Annuqayah, 2022

Baca Juga: MLI-I dan Gapura - Puisi Kris Patih Azalea

 

Luka

Kasih

Tak habis-habis ku ceritakan dirimu

Walau debur ombak terus menghantam karang

Hingga hancur tersapu denganku yang kerontang

Sesekali kulihat dirimu

Tergopoh-gopoh memelukku dari belakang

Demi diriku yang sudah terbengkalai

Masihkah kau sisipkan buih

Untuk karang yang telah kau hantam

Sebab, dia akan tegak runcing

Menantang langit dan kilat petir

Kasih

Kau bermanja menuang angan

Membantuku lari dari gelapnya kenangan

Namun, masih kau titipkan malam

Diantara kelopak matanya

Yang kini kukenangkan

 

Gemercik sungai

Mengalir dari benak sampai ke hilir

Menyisakan satu bintik debu

Itulah dirimu. Luka

 

Moh.Zainur Rozy Mahasantri yang menelusuri jejak kiai di bumi Annuqayah. Melihat dunia di jejak Keraton Pera petta’ (To pho the). Menghapus keroncongan Ilmu di Mts 1 Annuqayah, Ma Tahfidh Annuqayah. Merangkai cerita di Iksbat, Lipensa, Sanggar Pangeran, Istana Pers Jancukers (IPJ) dan lain sebagainya. Menunggu curahan pemirsa di instagram-nya @Gelenk_Gelenk.

 

Editor: Sauqi Romdani

Tags

Terkini

Puisi Akrostik Nama Cinta

Puisi Akrostik Nama Mimpi

Terpopuler