Umar : Tukang pentol, membawa pentol keliling kampung demi sesuap nasi. Pentol bakso merupakan bagian hidupku. Tanpa bakso hidupku tak berarti .Semua jenis bakso kujual. Dari pentol kecil, pentol sedang, sampai pentol . . .
Sofan : Bayi, Kau tersenyum padaku ketika aku menggendongmu siang itu. Dengan hati-hati kurawat dirimu seperti merawat . . .
Umar : Gerobak pentol, sungguh besar jasamu. Berkat dirimulah aku mampu menjajakan . . .
Asnawy : Cinta, suatu anugrah terindah bagiku. Tiada makna hidup tanpa adanya cinta. Karna cinta itu bisa membuat . . .
Baca Juga: Contoh Tipografi Puisi: Pengertian, Jenis dan Karakter untuk Menentukan Gaya Kepenulisan Sastra
Sofan : Bayi menangis, apabila bayi menangis aku harus segera menenangkannya dengan cara menyanyikan lagu . . .
Umar : Pentol! Pentol! Bakso! Bakso! Begitulah caraku menjajakan bakso setiap hari.Hujan dan panas tak menjadi penghalang.Oh pentolku . . .
Asnawy : Aku cinta padamu, saat ini aku ingin membelaimu lembut, membelai rambutmu yang indah. Wajahmu yang cantik bagaikan . . .
Umar : Daging giling, adalah salah satu bahan pembuat bakso yang sangat penting. Sebelum daging dimasukkan terlebih dahulu adonan wajib diberi . . .
Sofan : Kotoran-kotoran Bayi… adalah hal yang paling menjengkelkan bagiku. Setiap hari tugasku merawat bayi-bayi titipan orang tua. Setelah bayi-bayi itu kumandikan, langsung saja . . .