Penulis Sastra Sebagai Pencipta Kosakata Baru

- 6 Juli 2023, 05:00 WIB
Penulis Sastra Sebagai Pencipta Kosakata Baru/ilustrasi
Penulis Sastra Sebagai Pencipta Kosakata Baru/ilustrasi /pexels.com/cottonbro studio//

SUMENEP NEWS - Setiap masa mengalami perubahan dari masa yang sebelumnya. Perubahan tersebut memunculkan keperluan terhadap kosakata baru yang mampu mengungkapkan segala aspek perubahan yang baru. 

Selain faktor perubahan, ada satu faktor lagi yang memunculkan keperluan untuk menciptakan istilah-istilah baru atau kosakata baru; yaitu: faktor penerjemahan dari bahasa asing yang memiliki kosakata, istilah-istilah atau gaya bahasa yang belum ada padanannya dalam bahasa lokal. 

Untuk menyikapi persoalan penciptaan kosakata baru ini, ada dua aliran utama, yaitu: 1. Aliran yang menyerukan penyerapan atau peminjaman dari bahasa asing itu tanpa modifikasi atau dengan sedikit modifikasi;

Baca Juga: Implementasi Kurikulum Merdeka PAUD 2023, Mengenal, Perbedaan, dan Cara Menyusun RPP

2. Aliran yang menyerukan upaya mewujudkan padanan/ekuivalen dari dalam bahasa lokal dengan beberapa teknik tertentu seperti akronim, penghidupan kosakata kuno, dll. 

Masing-masing aliran memang memiliki argumen yang kuat. Aliran pro-penyerapan memandang bahwa itu akan lebih cepat karena tidak memerlukan kesepakatan semua pihak yang berwenang; dan juga penyerapan membuat penerjemahan tidak ambigu lagi.

Namun di sisi lain, aliran pro-penciptaan mandiri lokal merasa bahwa penciptaan itu perlu untuk membuktikan kemampuan serta kreativitas bahasa lokal, sehingga hal itu dapat membuat para warganegara bangga dengan bahasanya sendiri dan terhindar dari rasa minder karena ketidakmandirian bahasanya. 

Debat antara kedua aliran itu selalu ada dalam semua bahasa. Namun, pertanyaannya adalah: siapa yang berhak untuk memenangkan satu aliran tertentu? Jawabannya yang paling sederhana adalah pihak yang lebih awal dan lebih intensif berkomunikasi langsung dengan masyarakat umum seperti media masa, para pedagang, para politisi, para sastrawan, lembaga otoritas resmi bahasa, para penyusun buku pelajaran, dan para leksikografer/penyusun kamus. Urutan itu sesuai dengan kekuatan serta kecepatan akses ke publik, tetapi kadang-kadang terdapat beberapa perkecualian dalam urutan tersebut.

Misalnya, seorang sastrawan bisa lebih awal mempopulerkan sebuah kata baru melalui karya novel atau cerpennya yang digemari oleh banyak orang, khususnya jika karya itu diproduksi lagi dalam bentuk film atau drama teater atau sinetron. 

Halaman:

Editor: Sauqi Romdani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah