Sebut saja Pak A untuk pengawas dari sekolah sendiri dan Pak B untuk pengawas dari sekolah lain. Bisa dikatakan saat itu Pak A lalai.
Bukan lalai dalam mengawasi, tetapi lalai dalam menyembunyikan. Yap, Pak A ketahuan menyebar kunci jawaban Ujian Nasional kepada murid-muridnya oleh Pak B. Pak B pun melaporkan kepada kepala sekolah.
Namun, sang kepala sekolah pun hanya terdiam. Pak B kemudian melaporkannya ke polisi. Setelah ditelisik lebih dalam, ternyata sekolah itu telah melakukannya selama bertahun-tahun lamanya, hanya saja baru ketahuan saat itu.
Ketika ditanya, sang kepala sekolah pun menjawab bahwa semua itu dilakukan agar semua siswanya lulus.
Sang kepala sekolah tak mau ada siswa yang terlambat lulus hanya karena gagal dalam mengerjakan Ujian Nasional yang selama ini menjadi momok bagi
kebanyakan orang.
Ia juga tak mau citra sekolah menjadi turun hanya karena hal tersebut. Pernyataan ini kemudian menjadi heboh diperbincangkan di berbagai media. Akreditasi sekolah turun, kepala sekolah diganti, dan SMA Ciptajaya menjadi sepi peminat.
Baca Juga: SEJARAH ISLAM : Inilah Kerajaan Pertama Bercorak Islam di Indonesia, Siapakah Itu ?
Pandangan masyarakat umum terhadap sekolah ini sebagai sekolah terfavorit pun sudah hilang
Turunnya pamor SMA Ciptajaya tak hanya berhenti sampai disitu. Di tahun ajaran baru setelah Ujian Nasional yang menggemparkan itu dilaksanakan, diterapkanlah sistem zonasi 90%.
Hal ini berarti sekolah tersebut 90% berisi siswa-siswa yang berasal dari sekitar sekolah.