Filosofi dan sejarah lepet
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini kisah filosofi lepet sebagai sajian wajib pendamping ketupat saat lebaran atau Idul Fitri.
Lepet memiliki bentuk memanjang, sedangkan ketupat memiliki bentuk belah ketupat atau menyerupai segiempat. lepet terbuat dari beras ketan putih.
Filosofi bentuk memanjang pada lepet memiliki kisah unik dari Bahasa Jawa yaitu 'lepat' atau kesalahan, sehingga menjadi 'silep kang rapet', dalam Bahasa Indonesia memiliki arti dikubur rapar-rapat.
Baca Juga: CONTOH Soal dan Kunci Jawaban Moderasi Beragama PPPK Kemenag 2023 Gratis, Hari Ini Tesnya!
Makna dari 'silep kang rapet' adalah menutup dan mengubur rapat kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan di hari lalu sebelum hari raya tiba.
Sehingga, saat tiba waktu lebaran atau Idul Fitri ini akan dimaafkan segala bentuk kesalahan yang pernah dilakukan sengaja ataupun tidak sengaja dan tidak diungkit lagi.
Maka, pada momen lebaran yang mulia, hubungan keluarga, persaudaraan, pertemanan menjadi terjaga dan lebih baik lagi di tahun berikutnya karena sudah dimaafkan dosa kesalahannya.
Selain saat hari pertama Idul Fitri, lepet juga menjadi kudapan di peringatan hari raya ketujuh atau dikenal dengan hari raya Syawal. Sehingga, lepet disajikan pada 1 Syawal dan beberapa daerah Pulau Jawa lainnya pada 8 Syawal.