Indonesia Minim Budaya Membaca di Era Milenial, Ini Solusi untuk Pemerintah

12 Maret 2024, 12:49 WIB
Indonesia Minim Budaya Membaca di Era Milenial, Ini Solusi untuk Pemerintah /Pixabay/Sasint

SUMENEP NEWS - Mengajak masyarakat Indonesia  untuk membudayakan membaca bukanlah persoalan mudah. Budaya enggan membaca tampaknya sudah menjadi penyakit kronis yang melanda masyarakat kita pada semua tingkatan usia. Kebiasaan membaca bagi anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua di Indonesia, terbilang rendah dibandingkan Negara-negara Asia Tenggara ataupun Asia.

Padahal, membaca adalah sarana paling dasar bagi suatu bangsa untuk membuka cakrawala, menggapai kemajuan, dan akhirnya mampu menaklukkan dunia.

Bangsa Jepang telah membuktikan ini. Karena budaya membacalah Jepang mampu bangkit dati keterpurukan, setelah diluluhlantakkan bom atom pada Perang Dunia Kedua. Tidak mau berlama-lama meratapi nasib, mereka bangkit, kerja keras, dan akhirnya menjadi Negara industry maju dan menguasai dunia.

Baca Juga: Cara Mengoptimalkan Fungsi Otak Menurut Dr Amen dan Spesialis Danies

Kalau Indonesia ingin menjadi pemain utama dalam kompetisi dunia, kebudayaan membaca harus ditingkatkan dan disebarluaskan terus-menerus, kecuali kalau kita sudah puas hanya dengan menjadi penonton.

Sejak beberapa decade ini, hampir seluruh Negara di dunia ini mengenal dan membuktikan ketangguhan industri automotif dan elektronik buatan Jepang. Riset dan inovasi industri yang menggerakkan perekonomian Jepang tak bisa dipisahkan dengan budaya membaca masyarakatnya.

Meskipun sekarang perekonomian Jepang sedang stagnan, dunia sudah dibuat “bertekuk lutut” oleh kedahsyatan dan keunggulan Teknologi yang mereka ciptakan.

Baca Juga: BIG SALE RAMADHAN! Kode Promo dan Voucher Shopee Maret 2024, Dapat Diskon 2 Kali dan Gratis ongkir

Banyak indicator untuk mengetahui sejauh mana budaya membaca di suatu masyarakat. Tapi secara sederhana, kita bisa mengukur dari aktivitas keseharian masyarakat kita. Misalnya saja, di Indonesia satu surat kabar dibaca 45 orang.

Bandingkan dengan Filipina satu koran untuk 30 orang, Thailand 30 orang, dan seterusnya. Kebiasaan membaca juga terlihat dari seberapa sering orang mengunjungi dan meminjam buku di perpustakaan, atau seberapa sering mereka berkunjung ke toko buku.

Sejumlah survei menunjukkan bahwa orang Indonesia memang lebih suka menonton daripada membaca. Membaca memang butuh effort lebih daripada menonton.

Tapi kalau Indonesia ingin menjadi pemain utama dalam kompetisi dunia, kebudayaan membaca harus ditingkatkan dan disebarluaskan terus-menerus, kecuali kalau kita sudah puas hanya dengan menjadi penonton dan pengagum hasil karya intelektual bangsa lain. Menonton saja sudah cukup tidak perlu susah payah menggalakkan membaca.

Baca Juga: Model Model Belajar Efektif di Dalam Kelas dan Kehidupan Sehari Hari untuk Mahasiswa

Karena itu, menggalakkan gemar membaca adalah tanggung jawab seluruh anak bangsa. Sejak kecil, para orang tua harus menanamkan aktivitas membaca pada anak-anak mereka.

Kita tidak bisa membayangkan bagaimana nanti daya saing Indonesia bila generasi penerusnya malas membaca dan lebih senang dengan hura-hura. Namun, kita harus optimistis dan bangga dengan generasi muda kita yang mampu meraih prestasi akademik pada ajang kompetisi internasional.

Keberhasilan mereka harus menjadi contoh dan pemicu untuk menggerakkan minat baca bagi yang lain. Pemerintah bertugas membuka akses seluas-luasnya bagi seluruh lapisan masyarakat agar bisa membaca.

Perbanyak perpustakaan hingga pelosok kampung dan desa, upayakan harga buku makin terjangkau, dan galakkan taman-taman bacaan.***

 

Editor: Sauqi Romdani

Tags

Terkini

Terpopuler