Penyandang Epilepsi Peraih Gelar Master Antropologi: Hilangkan Stigma, dan Tetap Optimis Sembuh

- 22 Maret 2022, 16:00 WIB
Penyandang Epilepsi Peraih Gelar Master Antropologi: Hilangkan Stigma, dan Tetap Optimis Sembuh
Penyandang Epilepsi Peraih Gelar Master Antropologi: Hilangkan Stigma, dan Tetap Optimis Sembuh /Rameli Agam/

SUMENEP NEWS – Penyandang epilepsi selama ini masih sering menerima stigma dari masyarakat, dikucilkan, diejek, dan mengalami perundungan, baik di sekolah atau di lingkungan tempat tinggal.

Akibatnya, mereka penyandang epilepsi seringkali merasa malu atau minder, sehingga menghambat proses penyembuhannya.

Padahal epilepsi bukanlah aib, bukan pula penyakit yang parah menakutkan. Karenanya harus terus digalakkan kesadaran pemahaman masyarakat terhadap penyandang epilepsi.

Stigma masyarakat terhadap penyandang epilepsi itu dirasakan pula oleh Mahesa El Gasani, yang sedari kecil kerap menerima ejekan teman-temannya.

Baca Juga: Seorang Pria di Pulau Kangean Sumenep Dibacok Mantan Suami Istrinya, Api Cemburu?

Saat SD, mulai merasakan epilepsi. Dirinya merasa adanya halusinasi terhadap hal-hal yang menakutkan, pikiran melayang tak keruan, lalu tiba-tiba tak sadarkan diri.

“Ketika kambuh, yang terasa itu hidung seperti kemasukan air, lemas, ngantuk, lalu pingsan yang bisa berlangsung 30 menit hingga 1 jam,” ujarnya.

Namun, segala ejekan dari teman-temannya semasa di SD dan SMP itu tak dia hiraukan.

Stigma dan ejekan yang diterimanya, tidak membuatnya sakit hati, tapi menjadi pendorong semangat baginya untuk terus belajar, serta optimis meraih cita-citanya.

Halaman:

Editor: Khoirul Umam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah