Budaya Blangkon dan Filosofi yang Melekat: Macam Macam yang Harus Kamu Ketahui

24 Agustus 2023, 20:30 WIB
Paiman seorang pengrajin blankon /KABAR LUMAJANG/Kominfo Lumajang


 
SUMENEP NEWS - Di era modern saat ini, blangkon yang ada di masyarakat Yogyakarta khususnya Gunungkidul sudah mulai hilang dari ingatan masyarakat. Budaya blangkon dan filosofi yang melekat tidak banyak yang mengetahuinya.

Blangkon sudah menjadi bagian dari budaya Jawa sejak lama dan menjadi tren di kalangan anak muda.

Dahulu, pembuatan blangkon tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Hal ini karena terdapat penetapan pakem atau aturan tersendiri.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Wisata Populer di Yogyakarta, Lengkap Dengan Jam Buka dan Harga Tiket Masuk

Jadi, hanya seniman yang memahami dan memiliki keahlian terkait pakem tersebut yang boleh membuat blangkon, karena tidak sembarang pembuat maka kita harus mengetahui dan paham budaya balngkon dan filosofi yang melekat pada blangkon.

Macam macam blangkon

Ada beberapa jenis blangkon menurut adat istiadat suatu tempat tertentu. Jenis blankon antara lain:

1. Blangkon Sala, terbuat dari bahan batik tanpa menggunakan mondolan (trepès).

2. Blangkon Yogya, menggunakan mondolan

3. Blangkon Kedhu.

4. Blangkon Banyumas.

5. Blangkon Sunda, bahan batiknya tidak menggunakan mandolan.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Cafe Estetik di Yogyakarta, Cocok Digunakan Untuk Spot Foto

Beberapa istilah yang terkandung dalam blangkon yang merupakan filosofi blangkon itu sendiri adalah:

1). Wiron/wiru yang berjumlah tujuh belas lipatan yang melambangkan jumlah rakaat sholat dalam satu hari.

2). Mondolan mempunyai makna kebulatan tekad seorang pria dalam melaksanakannya meskipun tugas yang diberikan sangat berat.

3). Cetetan mempunyai makna permohonan pertolongan kepada Allah SWT.

4). Kemadha bermakna menyamakan anak didik atau menganggap sama seperti putra sendiri.

5). Tanjungan mempunyai makna kebagusan, artinya supaya terlihat lebih tampan sehingga disanjung-sanjung dan dipuja.

Mondolan, merupakan bentuk yang menonjol pada bagian belakang blangkon, melambangkan model rambut pria yang sering diikat ke belakang. Blangkon model trèpès, merupakan bentuk umum dari blangkon gagrag Surakarta. Gaya ini merupakan modifikasi dari gaya Yogyakarta, karena kebanyakan pria saat ini berambut pendek. Model trèpès ini dibuat dengan cara dijahit langsung pada bagian belakang blangkon. Selain suku Jawa, ada juga beberapa suku yang menggunakan jenis penutup kepala blangkon namun bentuknya berbeda-beda, seperti Suku Sunda, Suku Madura, Suku Bali, dan lain sebagainya.

Di benak anak milenial masa kini, penggunaan blangkon seolah-olah membuat mereka tampak tua, kikuk, ketinggalan jaman dan lain sebagainya. Mari kita bersama-sama melestarikan agar tidak hilang dan budaya tetap terjaga. 

Baca Juga: Kunci Jawaban Game TTS Tebak Tebakan Didorong Gak Jatuh Dikagetin Gak Mempan Paling Jokes

Di Daerah Istimewa Yogyakarta, pemakaian blangkon dilakukan setiap minggu. Misalnya hari Sabtu adalah hari Blangkon, maka setiap hari Sabtu anak-anak memakai Blangkon di sekolah-sekolah baik SD, SMP, SMK, dan SMA. Jadi pelajar di kota Yogyakarta berbeda dengan kota lainnya, mereka memiliki kekhasannya.

Budaya ini agar lebih dikenal tidak saja oleh masyarakat Yogyakarta dan Jawa nmun juga di mata internasional.***

Editor: Ahmad

Tags

Terkini

Terpopuler