Tradisi Malam 5 Likuran Ramadhan di Miftahul Jannah, Ungkapan Rasa Syukur dan Mempererat Ukhuwah

26 April 2022, 23:49 WIB
Jemaah menyantap hidangan khas dalam tradisi malam 5 likuran Ramadhan di Masjid Miftahul Jannah, Kampung Karangsari, Desa Cihanjuang, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 26 April 2022.* /Khoirul Umam/

SUMENEP NEWS – Tradisi malam 5 likuran di Masjid Miftahul Jannah telah berlangsung sejak lama.

Di Masjid Miftahul Jannah tradisi malam 5 likuran ini digelar setiap malam tanggal 25 Ramadhan seusai shalat tarawih.

Sejak masjid ini masih berupa tajug panggung sederhana, tradisi malam 5 likuran sudah diadakan melintas beberapa generasi.

Baca Juga: Viral-Beredar Disosial Media Tentang Tarif Manggung Tri Suaka yang Sangat Fantastis

Tradisi malam 5 likuran di bulan puasa ini meski sederhana namun mengandung segudang makna.

Masjid Miftahul Jannah terletak di Kampung Karangsari, Desa Cihanjuang, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Sesepuh Masjid Miftahul Jannah, yang juga pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (NU) Cihanjuang, Ustadz M Syihabuddin, mengatakan, tradisi malam 5 likuran di bulan Ramadhan ini merupakan warisan para leluhur kampung yang hingga kini masih dilaksanakan.

Sepengetahuannya, sejak dia masih kecil, akhir tahun 1970-an, tradisi tersebut telah dilaksanakan.

Tradisi malam 5 likuran itu mewarnai suasana khas bulan Ramadhan di kampungnya.

Baca Juga: Beredar Isu Viral Chika Pasang Tarif 20 Juta di Medsos, Video Bareng Sugar Daddy Jadi Sasaran?

Secara garis besar, kegiatan tradisi malam 5 likuran pada Ramadhan itu yakni jemaah menyantap hidangan yang disediakan oleh warga, seusai shalat tarawih.

“Namun lebih dari sekadar menyantap hidangan usai tarawih di bulan berkah, tradisi malam 5 likuran di kampung kami ini merupakan ungkapan rasa syukur atas nikmat-Nya,” ujar M Syihabuddin, Selasa, 26 April 2022.

Istimewanya, tradisi itu hanya ada setiap malam tanggal 25 bulan Ramadhan.

Demikian pula, menu hidangan yang disajikan pun khas tak pernah berubah, yakni nasi dalam bakul, sayur cabe hijau bercampur tempe, dan potongan daging ayam atau daging semur.

Menu tersebut tak pernah berubah sedari dulu berlangsungnya tradisi malam 5 likuran bulan Ramadhan di Kampung Karangsari itu.

Seusai shalat tarawih, tradisi tersebut dimulai dengan rangkaian doa dan lalu jemaah, tua muda, menikmati hidangan penuh berkah ini.

“Pada malam-malam likuran ganjil lainnya pun warga kerap ada yang mengantarkan aneka hidangan untuk disantap jemaah seusai shalat tarawih, namun khususon pada malam 5 likur Ramadhan menu khasnya tak pernah berganti meski sudah berlangsung lintas generasi,” kata M Syihabuddin.

Salah seorang jemaah, Asep Hidayat, yang merupakan anggota keluarga besar Alm. Bapak Mantri perintis tradisi ini, menuturkan, baginya tradisi malam 5 likuran merupakan momen yang sangat dinanti-nanti.

Tak hanya hidangan sayur cabe hijau yang menjadi ikon pada tradisi itu, namun hikmah yang terkandung pada tradisi malam 5 likuran sangat berharga, yakni ngalap berkah di bulan suci Ramadhan ini.

Baca Juga: Waspada Phishing, Link Download Video Chandrika Chika 20 Juta MediaFire dan Zip Treding Topik TikTok

“Tradisi ini wujud ungkapan rasa syukur kami, selain sebagai sarana mempererat rasa pesaudaraan sesama muslim. Insya Allah, kami akan terus mempertahankan tradisi malam 5 likuran Ramadhan yang merupakan warisan peninggalan leluhur kami,” kata Asep Hidayat. ***

 

 

Editor: Khoirul Umam

Tags

Terkini

Terpopuler