SUMENEP NEWS - Perkawinan anak adalah sebuah pelanggaran hak asasi manusia yang masih terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Banyak anak perempuan yang dipaksa menikah oleh orang tua atau keluarga mereka tanpa persetujuan mereka sendiri.
Akibatnya, mereka kehilangan hak untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, kesempatan, dan masa depan yang lebih baik.
Namun, ada juga anak perempuan yang berani melawan kawin paksa dan menuntut haknya. Mereka adalah para pejuang yang tidak mau menyerah pada tradisi dan budaya yang merugikan mereka.
Mereka adalah para inspirator yang memberikan harapan dan teladan bagi anak perempuan lainnya. Berikut adalah beberapa kisah anak perempuan yang melawan kawin paksa dan menuntut haknya:
1. Fatma, 16 tahun, Sulawesi Selatan
Fatma adalah seorang remaja yang bercita-cita menjadi dokter. Namun, cita-citanya hampir pupus ketika orang tuanya memperlihatkan foto seorang pria berusia 34 tahun yang akan menjadi suaminya.
Fatma sudah dijodohkan dengan pria itu sejak usia 8 tahun. Fatma menolak menikah dan dikurung di kamarnya oleh ibunya.