Legenda Dongen Gunung Kelud, Yang Saat Ini Banyak Diyakini Masyarakat Setempat, Asal Nama Lembu Sura

- 14 Februari 2022, 20:32 WIB
Legenda Dongen Gunung Kelud, Yang Saat Ini Banyak Diyakini Masyarakat Setempat, Asal Nama  Lembu Sura
Legenda Dongen Gunung Kelud, Yang Saat Ini Banyak Diyakini Masyarakat Setempat, Asal Nama Lembu Sura /Tangkap layar YouTube/Dongeng Kita

SUMENEP NEWS-Gunung Kelud merupakan salah satu gunung berapi di Indonesia yang memiliki ketinggian 1731 Mdpl. Gunung Kelud berada di Provinsi Jawa Timur tepatnya di perbatasan daerah Kediri, Blitar dan Malang.

Sudah berkali-kali Gunung Kelud meletus dan terakhir pada tahun 2014 sebagaimana cerita Nusantara lainnya. Gunung Kelud mempunyai legenda tersendiri.

Gunung Kelud merupakan salah satu gunung berapi di Indonesia dengan ketinggian 1731 meter dari permukaan laut.

Gunung Kelud berada di perbatasan Kabupaten Kediri, kabupaten Blitar, dan kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Popularitas wisata Gunung Kelud tetap tinggi hingga akhirnya meletus pada tahun 2014.

Dampak letusan terakhirnya pada tahun 2014 berhasil melumpuhkan Jawa serta menciptakan sebuah rute pendakian yang mengundang para pegiat alam bebas untuk mencoba sensasi jalur pendakian.

Baca Juga: Letusan Gunung Kelud Paling Hebat Terdapat Pada Tanggal 14 Februari 2014 Silam

Berikut adalah legenda gunung kelud dikutip dari portaljember.com dari Tayangan YouTube Dongeng Kita.
 
Dahulu kala di masa kerajaan Majapahit, ada seorang raja yang bijak bernama Raja Brawijaya. Ia memiliki putri yang sangat cantik bernama Putri Diah Ayu Pusparini, karena kecantikannya banyak pemuda yang jatuh cinta kepadanya. Berulang kali para yang terpikat pada kecantikannya berusaha untuk meminang Putri Diah.
 
Namun, Putri Diah selalu menolak lamaran pernikahan yang datang padanya. Kondisi tersebut membuat sedih Raja Brawijaya, ia sangat ingin melihat putrinya menikah dengan pemuda yang tepat.
 
Raja membayangkan betapa bahagianya, jika Putri Diah menikah. Akan ada pesta yang meriah di pernikahan di kerajaan. Raja Brawijaya semakin sedih karena sang putri selalu menolak semua pemuda yang ingin menikahinya.
 
Raja pun berpikir untuk mengajak putrinya untuk berbicara empat mata karena beranggapan sang Raja sudah semakin tua. Raja Brawijaya ingin mengadakan sayembara bagi siapapun yang bisa meregangkan busur Kyai Garudayaksa dan mengangkat Gong Kyai Sekardelima ia akan menjadi suami Putri Diah.
 
Putri Diah kaget, namun tidak berani menolak permintaan ayahnya. Dia tak mampu berkata-kata, ia tau ayahnya sangat menginginkan dia segera menikah, sehingga Putri Diah terpaksa untuk menerima keinginan ayahnya. Putri Diah pun termenung di dalam kamar, dia bingung harus bagaimana. Dia hanya berharap mendapatkan calon suami yang hebat.
 
Karena Putri Diah tahu, busur Kyai Garudayaksa dan Gong Kyai Sekardelima memiliki kekuatan gaib. Maka yang bisa hanyalah orang yang hebat.
 
Hari diselenggarakannya sayembara pun tiba, para pemuda dari berbagai penjuru datang untuk menunjukkan kekuatannya menaklukkan busur dan gong gaib. Maka dimulailah sayembara itu untuk mencari suami Putri Diah.
 
Satu persatu para pemuda mulai mencoba untuk merenggangkan busur dan mengangkat gong. Namun tidak ada satupun yang berhasil, Raja Brawijaya berencana menghentikan sayembara tanpa pemenang dan ia berpikir tidak akan ada yang bisa memenangkan sayembara.
 
Namun tiba-tiba seorang pemuda datang dan menyatakan keinginannya untuk menjadi peserta sayembara. Semua orang pun menatapnya karena pemuda ini berbeda dengan lainnya. Sangat aneh, kepalanya tidak seperti kepala manusia, ia memiliki kepala seperti banteng.
 
Raja bingung dengan kedatangannya dan menanyakan namanya,"Siapa namamu?" Pemuda itu pun menjawab,"Nama saya Lembu Sura." Jika raja ingin menolaknya, nantinya dianggap Raja yang adil dan jika pemuda itu menang ia harus menikahkan Putria Diah dengan manusia berkepala banteng. Raja pun menerima Lembu Sura menjadi peserta terakhir.
 
Lembu Sura pun memasuki tempat pelataran busur dan gong berada. Kemudian ia mencoba untuk merenggangkan busur, dia pun berhasil melakukannya. Ujian selanjutnya ia harus mengangkat gong, ujian ke dua pun juga berhasil dilakukan. Semua orang yang menyaksikan bertepuk tangan, mereka terkagum-kagum melihat kekuatan Lembu Sura.
 
Sementara itu, di sudut istana Putri Diah bersedih karena ia tidak menyangka mendapatkan suami berkepala banteng. Raja Brawijaya juga sedih. Pemenangnya memang memiliki kekuatan yang hebat. Akan tetapi pemuda tersebut berkepala banteng. Raja pun tidak mempunyai pilihan lain, dia harus menepati janji sayembara itu.
 
Maka Raja pun meminta kepada anak buahnya untuk menyiapkan upacara pernikahan putrinya. Hari pernikahan Putri Diah semakin dekat, semua persiapan sudah hampir selesai. Namun Putri Diah semakin sedih, ia sangat ingin membatalkan pernikahannya. Dia mencari cara agar pernikahan dibatalkan.
 
Lalu Putri Diah meminta syarat kepada ayahnya untuk Lembu Sura. Syarat tersebut adalah membuat sumur di puncak gunung dengan alasan sumur tersebut digunakan tujuan mandi. Raja memahami keinginan putrinya, syarat itu pun disetujui oleh Raja Brawijaya.
 
Dipanggilnya Lembu Sura untuk melakukan syarat pernikahannya dengan Putri Diah, mendengar syarat tersebut Lembu Sura pun setuju. Lembu Sura pun pergi je puncak gunung, disana ia menggali tanah gunung sampai dalam. Berhari-hari Lembu Sura mengerjakan sumur tersebut, hingga akhirnya kerja kerasnya membuahkan hasil. Sumur buatan Lembu Sura telah jadi, mengetahui Lembu Sura berhasil membuat sumur.
 
Putri Diah mengajukan syarat lagi, ia meminta Lembu Sura masuk kedalam sumur untuk mengetahui apakah airnya wangi atau tidak. Tanpa berpikir panjang, Lembu Sura menyetujuinya, dia langsung masuk kedalam sumur yang baru selesai dibuat.
 
Di luar sumur Putri Diah dan Raden Brawijaya membuat rencana jahat untuk menggagalkan pernikahannya. Raja pun memerintahkan para pengawalnya untuk menutup sumur ketika Lembu Sura sudah ada di bawah sumur tersebut.
 
Ketika Lembu Sura sudah sampai ke dasar sumur, para pengawal segera melaksanakan perintah raja untuk menutup sumur tersebut. Mereka melempar tumpukan tanah ke dalam sumur.
 
Lembu Sura yang sudah ada di dalam sumur, tidak berdaya ditimpa tumpukan tanah. Lembu Sura tidak bisa berbuat apa-apa, sebelum meninggal dunia ia mengutuk Raja Brawijaya dan mengatakan,"Raja Brawijaya tunggu pembalasan dendam ku, aku akan menghancurkan kerajaanmu."
 
Semua orang yang mendengar merasa ketakutan, mereka sangat yakin Lembu Sura akan membalaskan dendamnya kepada kerajaan karena Raja sudah tidak adil dan menepati janjinya.
 
Hingga saat ini, setiap kali Gunung Kelud meletus, masyarakat setempat mengatakan,"Lembu Sura sedang membalaskan dendamnya."***

Editor: Khoirul Umam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x