Berdasarkan hadits, Nabi Muhammad SAW lebih sering berpuasa sunah di bulan Syaban dibandingkan bulan-bulan lainnya. Hal ini menunjukkan keistimewaan bulan Syaban dan keutamaan amalan yang dilakukan di dalamnya.
Hal ini menunjukkan keistimewaan bulan Syaban dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Selain itu, bulan Syaban juga menjadi kesempatan terakhir bagi umat Islam untuk menunaikan qadha puasa Ramadhan.
Bagi yang tidak memiliki uzur syar'i, wajib mengganti utang puasa Ramadhan dengan qadha di bulan lain.
Waktu terbaik untuk melakukan qadha puasa adalah sesegera mungkin setelah bulan Ramadhan selesai, sebelum Ramadhan tahun berikutnya tiba.
Hukum Menggabungkan Niat Puasa Syaban dan Qadha Ramadhan
Para ulama memiliki pandangan beragam mengenai praktik menggabungkan niat puasa Syaban dan Qadha Ramadhan. Sebagian ulama memperbolehkannya, dengan menyebutnya sebagai at-tasyriik fin niyyah, di mana niat untuk kedua jenis puasa disamakan.
Artikel ini membahas tentang perbedaan pendapat di kalangan ulama mazhab Syafii terkait dengan penggabungan niat puasa Syaban dan Qadha Ramadhan.
Menurut laman NU Online yang mengutip kitab al-Asbah wan Nadhair karya Iman Suyuthi, terdapat 4 kategori hukum dalam menggabungkan niat ibadah wajib dan sunnah. Kategori-kategori tersebut meliputi: