Ada Apa di Malam Satu Suro? Berikut 4 Mitos yang Masih Beredar di Masyarakat Sampai Sekarang

- 25 Juli 2022, 16:15 WIB
Ilustrasi mitos malam satu suro. Si Solo, pada malam satu suro, kebo bule milik keraton akan dikeluarkan.*
Ilustrasi mitos malam satu suro. Si Solo, pada malam satu suro, kebo bule milik keraton akan dikeluarkan.* /@petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/


SUMENEP NEWS– Berikut penjelasa mengenai 4 mitos di malam satu suro yang masih beredar di masyarakat sampai sekarang.


Mitos-mitos di malam satu suro sangatlah erat kaitannya dengan budaya yang ada di Jawa.
Malam satu suro merupakan malam pergantian tahun baru islam yang jatuh pada tanggal 30 Juli 2022 nanti yang bertepatan pada 1 Muharram 1444 H.


Malam satu suro sangat berkaitan erat dengan pertemuan manusia dengan hal-hal yang ghoib melalui berbagai ritual.

Baca Juga: Teks Bacaan Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun


Dalam kalender jawa, bulan suro dimulai pada zamannya Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma di tahun 1613-1645 yang memiliki mitos yang beredar sampai sekarang.


Berikut 4 mitos di malam satu suro yang masih beredar di masyarakat sampai sekarang terutama di kalangan adat Jawa.
1. Tapa Bisu

Salah satu mitos yang masih kerap terdengar dan dilakukan sampai saat ini adalah Tapa bisu.

Baca Juga: Waspada Kecanduan Gadget pada Kesehatan Mental Anak, Kak Seto: Ada yang Dirawat di RS Jiwa

Tapa bisu ini merupakan ritual yang bukan hanya tidak boleh berbicara pada malam satu Suro, melainkan juga tidak diperbolehkan makan, minum dan merokok.

Biasanya jika di Yogyakarta, ritual tersebut dilakukan juga dengan cara mengelilingi benteng keraton Yogyakarta.

Tradisi tersebut pertama kali dipopulerkan oleh Sultan Agung, Raja Mataram Islam pertama yang juga melahirkan kalender Jawa.

Baca Juga: Keutamaan Menulis Azimat Bismillah 113 Kali di Tahun Baru Islam 1444 Hijriyah

Pada awalnya ritual Mubeng Benteng sambil Tapa Bisu itu juga ditujukan untuk pengamanan lingkungan keraton sebelum belum adanya benteng yang memagari.
2. Tidak Diperbolehkan Keluar Rumah

Masyarakat di Jawa percaya bahwa pada saat malam satu Suro lebih baik tetap di dalam rumah.

Dalam kepercayaan Jawa, pada malam itu ada banyak sekali mahkluk halus/ghaib berkeliaran di muka bumi.

Bahkan dipercaya sebagai mitos, barang siapa yang melanggar aturan tersebut akan mendapatkan kesialan atau hal buruk.

Baca Juga: Bukan Kaleng Kaleng, Ini Sosok Indigo Aditya Nugroho Daftarkan Citayam Fashion Week ke PDKI Bersama Baim Wong

3. Jangan Menggelar Pernikahan

Lagi-lagi hal tersebut merupakan budaya yang berkembang dalam adat Jawa.

Dalam mitos tersebut, barang siapa menggelar pernikahan pada malam satu Suro bisa mendapatkan kesialan.
Ada yang mengatakan jangan menggelarkan pesta semacam pernikahan, sunatan dan lainnya, dengan alasan jika mengadakan itu semua akan membuat keraton menjadi sepi. Pantangan tersebut masih banyak dipercaya oleh orang-orang Jawa.

Halaman:

Editor: Saiful Bahri

Sumber: Purbalinggaku


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah